KabarBaik.co – Kabupaten Sidoarjo terus bersolek dalam sektor pembangunan. Tak hanya betonisasi dan pembangunan fly over saja, namun tak sedikit perumahan yang juga dibangun. Namun imbasnya, banyak area produktif yang ada kini beralih fungsi.
Hal ini diungkapkan langsung oleh Penyuluh Bidang Sarana dan Prasarana (Sarpras) Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo, Navy Dilydarmayanti.
Menurut data yang ia miliki, selama kurun waktu 5 tahun terakhir luas lahan pertanian di Sidoarjo terjun bebas. Jika di tahun 2019 luas lahan pertanian masih di angka 20.973 hektar maka di tahun 2023 tinggal menyisakan 20.536 hektar, alias berkurang hingga 437 hektar.
Berdasarkan statistik penurunan terbanyak terjadu di wilayah Kecamatan Candi, dari 1.44 hektar lahan produktif tinggal menyisakan 921 hektar saja. Penurunan tajam juga terjadi di Kecamatan Gedangan, dari 622 hektar menjadi 481 hektar.
“Lahan produktif yang masih banyak ada di wilayah barat, seperti Krembung, Tulangan, Wonoayu, Tanggulangin, Jabon, Krian, Tarik dan Prambon,” ucapnya.
Sementara untuk luas lahan produktif paling lebar berada di Kecamatan Tarik dengan 2.82 hektar. sedangkan paling sedikit ada di Kecamatan Waru yang hanya menyisakan 45 hektar.
“Luas lahan produktif itu bisa dari lahan petani tebu maupun padi,” tuturnya.
Navy tak memungkiri jika penurunan lahan produktif ini dampak dari tingginya alih fungsi lahan, dari lahan produktif menjadi pemukiman. “Seperti yang di Tulangan, tambah anjlok karena tanahnua dipakai kavling, perumahan dan hampir semua menjadu pemukiman,” lanjutnya.
Selain karena banyaknya alih fungsi lahan, menurut Navy juga karena adanya perubahan pada pemetaan Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah (RTRW). Jika sebelumnya di Peta berwarna hijau kini berubah menjadi kuning.
“Kepemilikan lahan saat ini sebagian besar juga bukan milik petani, ada juga yang milik PT (Perusahaan, red), biasanya tanah yang belum digunakan masih digunakan petani, kalau sudah mau dikerjakan sudah tidak boleh (Bukan lagi lahan produktif, red),” pungkasnya. (*)