KabarBaik.co- Misteri di balik kasus penculikan dan pembunuhan Mohammad Ilham Pradipta, Kepala Cabang Pembantu Cempaka Putih, masih menyisakan banyak tanda tanya. Hingga kini, Polda Metro Jaya belum juga membuka secara terang benderang duduk perkara kasus yang menyedot perhatian nasional tersebut.
Dalam konferensi pers pada Selasa (26/8), Kabid Humas Polda Metro Jaya mengungkapkan bahwa total sudah 15 orang ditangkap terkait perkara ini. Sebelumnya, delapan orang telah dipublikasikan identitas awalnya melalui inisial, bahkan rekaman penangkapan mereka beredar luas di media sosial.
Namun, untuk enam orang terbaru yang disebut ikut diamankan, polisi belum membuka informasi apa pun. Inisial, foto, hingga peran mereka masih disimpan rapat. Motif di balik kejahatan ini pun belum juga dipaparkan.
Di antara sosok yang belakangan banyak mendapatkan sorotan adalah nama Dwi Hartono. Selama ini dia dikenal sebagai seorang motivator dan pengusaha muda sukses. Di akun media sosialnya kerap menampilkan gaya hidup sebagai crazy rich. Memilik banyak usaha. Di antaranya bimbingan belajar dan aplikasi pembelajaran online guruku.com. Dia juga kerap bertemu dengan tokoh-tokoh nasional hingga selebritis.
Dalam konferensi pers Selasa (26/8), Kabid Humas Polda Jaya juga tidak menampik sosol sosok Dwi Hartono tersebut. Bahwa, yang bersangkutan memang memiliki beberapa usaha dan bimbingan belajar.
Karena berdalih masih terus melakukan pendalaman-pendalaman, polisi masih belum juga membuka dengan gamblang dan detail perkara ini. Tentu, polisi memang memiliki kewenangan untuk ini. Namun, seiring itu makin memunculkan pula spekulasi baru dan pertanyaan besar. Terutama di media sosial.
Terbaru, sejumlah warganet juga mulai mengaitkan nama Dwi Hartono dalam perkara tindak pidana pemalsuan ijazah di sebuah kampus di Jawa Tengah beberapa tahun silam. Sayangnya, informasi itu juga sepotong. Boleh jadi, hanya memantik informasi awal.
Dari penelusuran redaksi, beberapa tahun lalu memang publik pernah dihebohkan sebuah perkara pemalsuan ijazah dan manipulasi nilai di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Semarang, pada 2012 silam. Sejumlah media nasional pernah melaporkan bahwa seorang pria bernama Dwi Hartono alias Feri ditangkap aparat Polrestabes Semarang karena terbukti memalsukan dokumen ijazah dan nilai guna meloloskan calon mahasiswa ke Fakultas Kedokteran.
Dalam proses penyidikan, sejumlah mahasiswa dan pihak kampus juga sempat diperiksa. Kasus ini bergulir hingga ke meja hijau, dan akhirnya, pengadilan menjatuhkan vonis enam bulan penjara terhadap Dwi Hartono. Arsip pemberitaan kala itu juga menyebut peran sentral Dwi Hartono dalam praktik kotor tersebut. Ia memanfaatkan kelemahan sistem untuk memasukkan mahasiswa yang seharusnya tidak memenuhi syarat akademik.
Nah, persoalannya apakah keterkaitan nama Dwi Hartono dalam dua kasus berbeda ini hanya kebetulan semata atau orang yang sama? Hingga kini, publik juga menunggu klarifikasinya dari pihak berwenang. Yang jelas, publik menanti Polda Metro Jaya untuk membuka secara lebih terang—siapa saja 15 orang yang ditangkap, apa peran mereka, dan yang paling penting: apa motif di balik penculikan dan pembunuhan Ilham Pradipta.
Sebelumnya, juga beredar kabar ada keterlibatan oknum berinisial F. Dari Polri-TNI? Masih samar. Juga, kabar peran seorang wanita yang diduga ikut menjadi bagian penting dalam skenario penculikan berujung maut ini. Bisa jadi spekulasi di masyarakat makin membesar. Jawaban resmi aparatlah yang akan menentukan arah pemberitaan dan meredam kabar simpang siur yang beredar luas di media sosial. (*)