KabarBaik.co – Jumlah kejadian bencana di Kota Batu meningkat signifikan sepanjang tahun ini. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu, tercatat hingga kini terjadi 149 bencana. Jumlah tersebut naik dibandingkan pada 2024 yang mencapai 122 kejadian.
Dari 149 peristiwa, 57 persen berupa tanah longsor, 25 persen angin kencang, 11 persen banjir, serta 7 persen kebakaran hutan dan lahan. Sebagian besar atau sekitar 86 persen tergolong bencana hidrometeorologi, yang dipengaruhi oleh perubahan iklim dan cuaca ekstrem.
Meski frekuensi bencana meningkat, Wali Kota Batu Nurochman menegaskan bahwa berbagai upaya mitigasi yang dijalankan pemerintah daerah mulai menunjukkan hasil positif. Berdasarkan indeks risiko bencana nasional, tingkat risiko Kota Batu berhasil turun dari 81,0 pada 2023 menjadi 75,21 pada 2024, dengan kategori risiko sedang.
“Paradigma penanganan bencana harus bergeser dari reaktif menjadi preventif. Kita perlu menekankan kesiapsiagaan dan pencegahan sejak dini agar dampaknya bisa diminimalkan,” tegas Wali Kota Batu, Nurochman di Balaikota Among Tani, Kota Batu, Rabu (12/6).
Nurochman menyebut terdapat enam jenis bencana yang rawan terjadi selama curah hujan tinggi, yakni tanah longsor, banjir, gempa bumi, cuaca ekstrem, kebakaran hutan-lahan, serta bencana biologis.
Karena itu, pihaknya terus memperkuat sinergi pentahelix antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan media untuk meningkatkan kesiapsiagaan di semua lini. “Kami memperkuat kesiapsiagaan tidak hanya di tingkat kota, tetapi juga di tingkat desa. Semua elemen harus terlibat,” tandasnya.
Sebagai langkah konkret, Pemkot Batu melalui BPBD telah memetakan seluruh wilayah rawan bencana dan mengaktifkan kembali posko siaga di kelurahan serta desa. Selain itu, dilakukan susur sungai dan pembersihan sumbatan di 94 titik aliran Sungai Brantas, meliputi Jurang Susuh, Sengonan, Curah Krecek, Pusung Lading, dan Glagah Wangi, sebagai langkah mitigasi banjir bandang.
Lebih dari itu, upaya lain yang dijalankan antara lain revitalisasi saluran air dan drainase perkotaan, serta edukasi masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana. “Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Sinergi dengan masyarakat, relawan, dan komunitas lokal menjadi kunci dalam membangun ketangguhan Kota Batu terhadap bencana,” ujar Nurochman.
Sebagai bagian dari upaya membangun budaya sadar bencana, BPBD Kota Batu juga meluncurkan Program Bocah Tangguh Bencana (Botuna) di sekolah-sekolah dan Desa Tangguh Bencana (Destana) yang diperkuat melalui Disaster Forum Academy (DIFA). Tujuannya agar masyarakat memiliki pemahaman dan ketenangan dalam menghadapi bencana. (*)






