KabarBaik.co – Memperingati HUT Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang ke-79 tahun, PGRI Jember mengadakan jalan sehat dalam rangka Pekan Olahraga dan Seni (Porseni).
Kegiatan yang digelar di Gor Kaliwates, pada Sabtu (21/9) itu merupakan rangkaian HUT PGRI ke 79 dan juga sebagai kegiatan pembuka Porseni.
Selain itu juga menjadi wadah untuk memperkuat semangat kebersamaan para anggota PGRI dan perjuangan para guru di Kabupaten Jember.
Bupati Jember, Hendy Siswanto yang hadir dan membuka kegiatan tersebut sangat mengapresiasi kerja keras para guru selama ini. Terutama PGRI yang dinilai terus berjuang memerjuangkan nasib guru.
“Saya harap PGRI semakin berkah dan melindungi para guru agar mereka semakin semangat dalam mendidik generasi bangsa,” ujar Hendy.
Sementara itu, Ketua PGRI Jember, Supriyono mengatakan, jalan sehat ini merupakan bagian dari rangkaian acara dua tahunan Porseni PGRI yang rutin diadakan.
“Setiap dua tahun, Porseni digelar di kabupaten dan kecamatan secara bergantian. Tahun ini giliran Kabupaten Jember yang menjadi tuan rumah, dimulai dengan jalan sehat,” jelasnya.
Disinggung soal hadirnya Bupati Hendy dalam kegiatan tersebut, Supriyono mengaku memberikan energi positif bagi seluruh guru. Apalagi memang PGRI ingin terus bersinergi dengan Bupati untuk bersama-sama memperiuangkan nasih guru, khusunya GTT dan PTT.
“Hadirnya Bupati jelas disambut baik oleh perserta dan kami berharap ke depan akan ada lebih banyak sinergisitas antara pemerintah dan PGRI untuk mendukung kesejahteraan dan perkembangan para guru,” katanya.
Apalagi, salah satu tujuan utama kegiatan ini adalah memperjuangkan kesejahteraan para guru, terutama guru non-ASN yang hingga saat ini masih banyak yang belum mendapatkan hak-haknya.
“Kami terus berkomunikasi dengan pemerintah terkait nasib guru, baik yang berstatus PNS maupun non-PNS. Kami berharap kesejahteraan mereka dapat meningkat, baik dari segi karir, pengangkatan, maupun sertifikasi,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa acara Porseni ini merupakan langkah penting untuk mengangkat semangat perjuangan para guru.
“Kegiatan ini bukan hanya ajang olahraga dan seni, tetapi juga sebagai momentum perjuangan untuk hak-hak guru, baik itu dalam hal kesejahteraan, karir, maupun hak-hak lainnya,” tutup Supriyono. (*)