Poblematika Identitas Keislaman Penganut Islam Kejawen

oleh -109 Dilihat
Imroatussholihah

OPINI – Sebagai negara dengan tipikal pluralis, Indonesia sangat berpotensi menjadi lahan subur bagi tumbuhnya berbagai aliran keagamaan khususnya Islam. Agama mayoritas ini telah banyak mendorong lahirnya aliran-aliran dengan berbagai perbedaan pandangan.

Dalam ranah normatif (ajaran), memang hampir tidak ditemukan adanya perdebatan bahkan cenderung selesai sampai pada kata sepakat. Semua orang yang mengimani Islam tentu mengimani rukun iman dan melaksanakan rukun Islam. Tuhannya Allah, nabinya Muhammad, kitabnya al-Qur’an, melaksanakan salat, zakat, puasa dan rangkaian ibadah lainnya.

Tentu tidak ada perdebatan dalam wilayah ini. Namun kemudian, saat sampai pada ranah historis yang notabene adalah ranah praktik beragama, akan banyak sekali bermunculan cara dan interpretasi yang beragam.

Tanpa bisa menyebutkan satu persatu, di Indonesia, kita mengenal banyak baik kelompok-kelompok maupun aliran-aliran Islam yang dari waktu ke waktu variasinya semakin beragam. Islam nusantara, Islam radikal, Islam liberal, Islam sufistik, Islam tranformatif, Islam tradisionalis dan lain sebagainya. Islam Kejawen tentu menjadi satu dari sekian banyak aliran yang dewasa ini hampir luput dari perhatian banyak khalayak.

Padahal secara tidak resmi bisa dibilang aliran Islam Kejawen ini merupakan aliran Islam tertua dan pertama yang murni lahir dari hasil sinkretisme budaya Jawa dan ajaran Islam.
Untuk mendukung statemen tersebut kita tentu perlu menilik jauh ke masa sebelum kedatangan Islam di tanah Jawa.

Periode yang bisa kita sebut sebagai periode pra Islam tersebut adalah era di mana masyarakat Jawa belum mengenal apa itu Islam. Mereka saat itu telah mapan dengan sistem religi atau kepercayaan animisme dan dinamisme. Mereka menyembah benda-benda, hewan maupun tumbuhan yang diyakini memiliki kekuatan supranatural.

Lalu Islam datang di tengah masyarakat Jawa melalui dakwah Wali Songo yang terkenal melakukan banyak agenda akulturasi. Proses akulturasi tersebut menduduki peran penting bagi penyebaran dakwah para Wali Songo.

Meskipun melihat banyak budaya lama yang notabene bertolak belakang dengan ajaran Islam telah mendarah daging di tengah masyarakat, Wali Songo tetap mengambil sikap toleran. Dakwah-dakwah Islam cenderung disampaikan melalui pendekatan budaya tanpa melibatkan paksaan.

Unsur-unsur Islam mulai diperkenalkan melalui pergelaran wayang, syair-syair Jawa dan budaya lokal lainnya. Seiring berjalannya waktu, sebagai hasil dari proses islamisasi, banyak budaya yang kemudian mengalami perombakan dan diisi dengan ritual-ritual berbau keagamaan.

Meski sukses membumikan Islam di tanah Jawa, tetap saja terdapat beberapa budaya yang terlanjur melekat dalam diri masyarakat seperti klenik, perdukunan dan ramalan primbon masih terus lestari hingga hari ini. Islam Kejawen sendiri sebagai tema besar dalam tulisan ini, lahir tidak jauh dari hasil kolaborasi antara Islam dan budaya Jawa yang sejarahnya sekilas sudah disinggung.

Kebatinan Ala Islam Kejawen: Ritual Mendekatkan Diri pada Allah Via Tasawuf Jawa

Menelaah lebih lanjut terkait kata “kejawen”, ditinjau dari segi etimologi kata ini mengandung indikasi pada segala sesuatu yang memiliki sangkut paut dengan adat istiadat Jawa. Lebih detail lagi, mengutip pendapat dari Ahmad Kholil, Kejawen dijabarkan sebagai sebuah keyakinan atau ritual campuran antara agama formal dengan keyakinan yang mengakar kuat di kalangan masyarakat Jawa.

Penganut Kejawen biasanya tidak menganggap ajarannya sebagaimana agama monoteistik seperti Islam atau Kristen. Mereka cenderung melihat ajarannya sebagai seperangkat cara pandang yang dibarengi dengan laku-laku tertentu (ibadah). Dalam prosesi ibadah, biasanya mereka melibatkan benda-benda yang dianggap asli berasal dari Jawa seperti keris, wayang, mantra, bunga-bunga tertentu dan sebagainya.

Beberapa pendapat menyebutkan bahwa Kejawen sendiri sebenarnya adalah istilah yang dipakai untuk menyebut sistem kepercayaan masyarakat Jawa yang telah lama ada sebelum datangnya agama-agama formal di wilayah tersebut. Sebagai kepercayaan yang fokus pada penajaman wilayah batin, Kejawen sering menggunakan kebatinan sebagai wahana komunikasi spiritual yang kemudian juga diperkaya dengan unsur-unsur budaya dari agama-agama besar yang masuk ke tanah Jawa di kemudian hari.

Masyarakat Jawa identik dikenal sebagai masyarakat yang adaptif dan kompromis sehingga mudah menerima budaya-budaya baru yang masuk ke wilayah tersebut. Sebagai hasilnya, kedatangan agama-agama seperti Islam dan Hindu-Budha di tengah mereka tidak lantas menjadikan jati diri Kejawen musnah.

Sebaliknya, hal tersebut justru membangkitkan budaya Jawa dengan wajah yang berbeda dilengkapi dengan unsur-unsur dari agama-agama yang datang di tengah mereka. Jadi tidak menutup kemungkinan istilah kejawen juga bisa melekat pada agama lain selain Islam seperti Hindu Kejawen, Budha Kejawen dan Kristen Kejawen.

Praktik-praktik kebatinan yang dilakukan penganut Islam Kejawen sendiri sebenarnya hampir sama dengan tasawuf yang lumrah dikenal dalam ajaran Islam, keduanya sama-sama menggunakan pengalaman batin untuk tujuan mendekatkan diri pada Allah.

Perbedaannya, tidak semua cara-cara dan unsur-unsur yang dipakai dalam kebatinan Kejawen bersumber dari pedoman ajaran Islam. Sebagian besar ajaran mereka bersumber dari karya-karya sastra Jawa berupa macapat, babad suluk, kidung, piwulang dan primbon yang kesemuanya ditulis dalam aksara dan bahasa Jawa.

Terlepas dari label Islam yang mereka bawa dan mereka yakini, hal-hal tersebut tentu memicu adanya pendapat bahwa Islam Kejawen ini sebenarnya adalah bentuk bid’ah dalam ranah akidah bahkan sampai disebut musyrik karena masih melibatkan kepercayaan pada hal-hal mistis, ramalan dan praktik perdukunan. Status keislaman dari penganut kepercayaan ini masih menjadi pro dan kontra di berbagai kalangan agamawan Islam.

Penulis: Imroatussholihah
Mahasiswi Program Magister Studi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News


No More Posts Available.

No more pages to load.