KabarBaik.co – Aksi pembacokan berdarah terjadi di kawasan Bulak Banteng Madya, Surabaya, Rabu (21/5). Seorang pria bernama Salamullah, 30, menjadi korban keganasan senjata tajam. Korban sempat berusaha menyelamatkan diri sambil berlari mengenakan sarung merah dan kaus singlet hitam. Namun, upaya itu gagal. Ia terkapar bersimbah darah usai dibacok oleh pelaku yang sempat meneriakinya “maling”.
Tak butuh waktu lama, Tim Satreskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak berhasil meringkus pelaku berinisial BS, 26, di kampung halamannya, Desa Ketapang Daya, Sampang, Madura.
“Kami langsung melakukan penyelidikan dan pengejaran setelah meminta keterangan para saksi serta mengamankan barang bukti dari lokasi kejadian,” ujar Kasi Humas Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Iptu Suroto, Rabu (21/5).
Dari hasil penyelidikan awal, polisi menduga BS melarikan diri ke Madura setelah aksinya terekam kamera CCTV di sekitar Masjid Sirotol Mustakim. Dalam rekaman itu, korban terlihat dikejar oleh pelaku yang diduga membawa senjata tajam.
“Setelah memintai keterangan dari para saksi dan barang bukti di lokasi kejadian, penyidik dapat melakukan identifikasi terhadap terduga pelaku sehingga dilakukan pengejaran,” terang Iptu Suroto.
Menurutnya, setelah identitas BS dikantongi, penyidik segera berkoordinasi dengan aparat setempat di Sampang untuk melakukan penangkapan.
“Dari keterangan itu, penyidik dapat mengantongi identitas pelaku, setelah dipastikan melarikan diri ke kampung halamannya, anggota Reskrim langsung melakukan penangkapan setelah berkoordinasi dengan para pihak setempat,” tambahnya.
Hingga kini, polisi masih mendalami motif di balik aksi pembacokan tersebut. BS masih menjalani pemeriksaan intensif oleh penyidik, termasuk kemungkinan adanya motif balas dendam atau kesalahpahaman.
“Guna mengetahui motif pembacokan tersebut, penyidik masih melakukan pemeriksaan secara intensif terhadap pelaku juga para saksi,” pungkas Suroto.
Warga sekitar menduga kejadian itu bukan perampokan biasa. Dugaan kuat mengarah pada konflik pribadi yang dibungkus dengan tudingan palsu untuk menghindari amukan massa. (*)