KabarBaik.co – Pondok Pesantren Bahrul Ulum (BU) Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, mencetak sejarah baru dalam dunia pendidikan Islam. Memasuki usia dua abad, pesantren legendaris ini menggelar Simposium Paralel 30 Profesor Alumni sebagai bagian dari perayaan Harlah ke-200 tahun, Rabu (15/10).
Acara ini menjadi bukti nyata kontribusi besar pesantren terhadap lahirnya cendekiawan, ulama, dan akademisi tanah air.
Menteri Agama RI Nasaruddin Umar yang hadir langsung dalam peringatan akbar tersebut menyampaikan apresiasinya terhadap konsistensi Bahrul Ulum dalam mencetak kader bangsa.
“Pesantren adalah episentrum terbaik antara ilmu agama dan ilmu umum. Dan salah satu contoh nyatanya ada di Bahrul Ulum. Lihat saja, 30 profesor lahir dari rahim pesantren ini,” kata Nasaruddin.
Ia menilai Bahrul Ulum sebagai simbol keberhasilan pendidikan berbasis spiritual yang tidak kalah unggul dibanding sistem pendidikan modern.
Ketua Umum Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum, KH. M. Wafiyul Ahdi, menegaskan bahwa dua abad usia pesantren bukan hanya soal usia, tapi momentum untuk meneguhkan kembali peran pesantren sebagai pusat ilmu dan moralitas.
“Alhamdulillah, kami menjadi bagian dari sejarah 200 tahun perjalanan Bahrul Ulum. Ini bukan hanya kebanggaan, tapi juga amanah besar untuk menjaga warisan para muassis,” ujarnya.
Ia menyebut semangat pembaruan di Bahrul Ulum sudah dimulai sejak masa pendiri pesantren, KH. Abdul Wahab Chasbullah, pada awal abad ke-20.
Sejak 1912, pesantren ini sudah mengenalkan huruf latin, pelajaran berhitung, dan ilmu umum lainnya kepada para santri terobosan yang sangat progresif pada zamannya.
Saat ini, Bahrul Ulum membina 19 lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Dari 30 profesor alumni yang hadir dalam simposium, mereka berasal dari 16 perguruan tinggi berbeda di seluruh Indonesia.
KH. Wafiyul Ahdi juga menegaskan bahwa sosok KH. Abdul Wahab Chasbullah bukan hanya ulama besar, tapi juga tokoh nasionalis dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang memperjuangkan integrasi nilai agama dan kebangsaan.
“Mbah Wahab adalah simbol kepemimpinan spiritual dan nasionalisme. Santri sekarang harus mewarisi semangat itu, agar mereka tidak hanya berilmu tapi juga punya jiwa penggerak bangsa,” jelasnya.
Dengan perayaan dua abad ini, Pondok Pesantren Bahrul Ulum menegaskan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan Islam yang tidak hanya mencetak ulama, tapi juga akademisi, intelektual, dan pemimpin bangsa yang siap membawa nilai-nilai pesantren ke kehidupan modern. (*)