KabarBaik.co – Di balik panggung kecil Museum Potehi Gudo, Jombang, terdengar denting gamelan mungil berpadu dengan suara lembut seorang bocah.
Dialah Rasya Muhammad Atahiya, 10, dalang cilik asal Desa Cukir, Diwek, yang kini mencuri perhatian publik karena kepiawaiannya memainkan Wayang Potehi, seni teater boneka khas Tionghoa yang telah berusia ratusan tahun.
Meski baru setahun belajar, Rasya sudah tampil percaya diri di depan penonton. Ia kerap membawakan kisah Kerajaan Tai Tong, tentang seorang pendekar yang menuntut balas atas kematian keluarganya.
Dengan gerakan tangan yang lentur dan penghayatan mendalam, bocah kelas 4 SD itu mampu menghidupkan karakter dalam waktu singkat, memukau penonton dan menuai tepuk tangan.
“Awalnya saya cuma sering nonton di Klenteng Gudo. Terus diajak teman ikut latihan, akhirnya suka,” ujar Rasya saat ditemui di Museum Potehi Gudo, Minggu (2/11/2025).
Rasya belajar langsung dari dua seniman senior, Toni Harsono dan Widodo, yang selama ini menjadi penjaga eksistensi Wayang Potehi di Gudo. Selain menjadi dalang, Rasya juga belajar memainkan musik pengiring dan menghafal dialog dalam bahasa Tionghoa.
“Bahasanya agak susah, tapi saya dibantu mentor. Lama-lama jadi bisa,” kata Rasya sambil tersenyum.
Bagi Rasya, menjadi dalang bukan sekadar hobi, melainkan bentuk tanggung jawab untuk melestarikan tradisi yang mulai jarang diminati anak-anak seusianya.
“Saya ingin terus jadi dalang Wayang Potehi, biar seni ini nggak hilang,” ujarnya mantap.
Sementara itu, Toni Harsono, pengelola Museum Potehi Gudo, menyebut semangat Rasya sebagai simbol harapan baru bagi kelangsungan seni Wayang Potehi.
“Anak-anak seperti Rasya adalah bukti bahwa Wayang Potehi masih punya masa depan. Di museum ini, kami tidak hanya menjaga sejarah, tapi juga menumbuhkan generasi penerus,” ujarnya.
Kini, Museum Potehi Gudo menjadi ruang pertemuan lintas budaya tempat tradisi Tionghoa berpadu dengan kearifan lokal Jawa dan semangat para santri. Di sinilah seni boneka Potehi diajarkan dan dihidupkan kembali melalui tangan-tangan muda seperti Rasya.
“Kalau besar nanti, saya ingin punya panggung sendiri. Biar banyak orang bisa nonton Wayang Potehi lagi,” pungkas Rasya dengan senyum bangga. (*)






