Ratih Kusuma Dewi, Sosok Inspiratif Angkat Nanas Kediri Dikenal di Kancah Nasional

oleh -129 Dilihat
59439bcd b069 4427 b9b4 7c43d39fa648
Ratih Kusuma Dewi (kerudung kuning) Pemilik Pie Nanas Candaria saat menemani pembeli (Muhamad Dastian Yusuf)

Ratih Kusuma Dewi, Sosok di Balik Upaya Angkat Nanas Kediri ke Kancah Nasional

KabarBaik.co – Di tangan kreatif Ratih Kusuma Dewi, nanas Gunung Kelud tak lagi sekadar buah tropis yang mudah ditemukan di pasar. Perempuan kelahiran Denpasar ini menjadikannya simbol kebanggaan daerah, lewat beragam olahan yang kini mulai dikenal di seluruh Indonesia.

Ratih memiliki satu visi besar, menjadikan nanas asal Kediri sebagai ikon oleh-oleh yang sejajar dengan bakpia dari Yogyakarta atau dodol dari Garut.

“Aku pingin banget kalau orang ke Kediri, yang diingat itu pie nanas Inanas. Jadi nanas Kediri gak cuma dikenal di sini aja, tapi sampai ke luar daerah,” ujar Ratih penuh semangat, Sabtu (11/10).

Visi itu lahir dari keprihatinan sederhana. Saat pandemi melanda pada 2020-2021 lalu, bisnis pakaian gamis miliknya terpuruk. Namun di tengah kesulitan, Ratih melihat potensi besar di daerahnya. Dia melihat melimpahnya nanas Gunung Kelud yang belum dimanfaatkan secara maksimal.

“Padahal nanasnya banyak banget, tapi waktu itu belum banyak yang jadikan (added value product) oleh-oleh khas Kediri,” kenangnya.

Dari situlah ia mulai berinovasi. Dengan peralatan sederhana layaknya dapur milik ibu-ibu rumahan, Ratih mencoba membuat pie nanas dari resep warisan keluarganya.

“Sebenarnya pie nanas itu nastar keranjang jadul. Dari nenekku dulu tiap Lebaran pasti bikin,” katanya.

Kini, usaha yang ia rintis di bawah brand Candaria telah berkembang pesat. Berawal dari usaha rumahan, kini Candaria memiliki dua rumah produksi dengan legalitas lengkap sejak 2022.

Ratih juga aktif mengikuti pelatihan dari Dinas UMKM, Bank Indonesia, hingga Kementerian Koperasi untuk memperkuat manajemen dan pemasaran.

Tak hanya berhenti pada pie, Ratih memperluas inovasinya dengan berbagai olahan berbahan dasar nanas seperti Pie Nanas Candaria (isi 6 pcs – Rp 30.000, isi 9 pcs – Rp 36.000).

Kemudian Strudel Nanas Candaria (Rp 25.000) yakni pastry nanas dengan selai coklat dan topping keju. Lalu ada Sirup Nanas Candaria (Rp 30.000) yakni sirup segar dari buah nanas asli

Dan ada juga Sari Nanas Candaria (Rp 8.000) yakni minuman sari buah nanas murni.

Setiap produk dibuat dari nanas pilihan hasil panen petani di lereng Gunung Kelud. Dalam satu kali produksi, Ratih bisa menghabiskan hingga 100 kilogram nanas, dan jumlah itu bisa meningkat dua kali lipat saat pesanan ramai.

“Kalau permintaannya tinggi, petani juga ikut terbantu. Jadi efeknya bukan cuma ke aku, tapi ke ekonomi lokal juga,” jelasnya.

Bagi Ratih, pengolahan nanas bukan hanya soal bisnis, melainkan upaya menggerakkan rantai ekonomi daerah. Ia percaya bahwa produk lokal bisa menjadi kebanggaan nasional jika dikemas dengan kualitas dan nilai budaya yang kuat.

“Buatku, nanas Kediri itu bukan sekadar buah. Ini hasil bumi yang bisa jadi cerita dan identitas kota,” ujarnya.

Kini, produk nanas kian mudah ditemui di berbagai toko oleh-oleh ternama di Kediri, termasuk sentra kuliner seperti Tahu Poo. Ratih juga aktif memasarkan produknya lewat platform digital seperti TikTok, yang kini menjadi kanal utama penjualannya.

“Penjualan terjauh lewat TikTok hampir seluruh Indonesia sih, ke Papua Pernah,” ungkap Ratih.

Perjalanan Ratih Kusuma Dewi menjadi bukti bahwa inovasi yang berakar dari kearifan lokal mampu mengangkat citra daerah. Dari teras rumah sederhana, ia berhasil menjadikan nanas Gunung Kelud tak hanya sebagai kebanggaan Kediri, tetapi juga sebagai cita rasa Indonesia yang siap dikenal dunia. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Muhamad Dastian Yusuf
Editor: Imam Wahyudiyanta


No More Posts Available.

No more pages to load.