KabarBaik.co – Puluhan massa mengatasnamakan Amarah Masyarakat Jember (AMJ) melakukan aksi demo di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jember pada Selasa (9/9).
Aksi ini merupakan buntut dari demo sebelumnya, tentang ojol di Jakarta yang meninggal akibat dilindas Rantis aparat kepolisian.
Menurut Koordinator Lapangan, Abdul Aziz Al-Fajri, aksi ini merupakan respons dari penguasa yang menutup diri terhadap rakyat. Ia menilai jika para penguasa menghadapkan aparat bersenjata kepada masyarakat yang menyampaikan aspirasinya.
“Terbukti, demonstrasi dibalas dengan pentungan, gas air mata, dan peluru yang merenggut nyawa. Ojol dilindas, mahasiswa dipukuli, dan ribuan massa aksi disambut dengan tindakan represi,” katanya.
Ia menyebut, saat demonstrasi di Jakarta dan beberapa kota lainnya, lebih dari sepuluh nyawa melayang di jalanan.
“ini menjadi bukti, betapa murahnya harga nyawa masyarakat di mata para penguasa,” teriaknya.
“Ini bukan sekadar kelalaian, melainkan kejahatan yang harus diusut hingga ke akar. Dari pelaku lapangan, hingga komandan aparat yang memberikan perintah,” sambung Abdul.
Pihaknya juga menuntut agar ratusan massa aksi yang ditangkap harus segera dibebaskan tanpa syarat.
“Tindakan represif yang berulang menjadi salah satu contoh catatan kelam. Kapolri telah gagal menjaga amanah rakyat, maka pencopotannya adalah konsekuensi logis yang seharusnya ia terima,” paparnya.
Ia menegaskan, kemurkaan masyarakat juga diarahkan kepada DPR yang seharusnya menjadi lembaga cerminan demokrasi.
“Maka kami minta, UU Pemilu 2023 harus direvisi, agar syarat menjadi anggota DPR benar-benar terjamin kualitas dan integritasnya,” ucapnya.
Sebagai informasi, massa aksi AMJ kali ini membawa 9 tuntutan atas kondisi polemik nasional saat ini. Dan tuntutan itu ditandatangani oleh seluruh pimpinan DPRD Jember. (*)