Rujak River Side Mbak Ambar, Kerinduan Rujak Cingur Surabaya di Tepi Sungai Jombang

oleh -93 Dilihat
8cc6c2e4 05fe 45b5 91fc 2fccb70f9b52
Rujak cingur Surabaya Mbak Ambar di Jombang (Teguh Setiawan)

KabarBaik.co – Aroma petis menyeruak dari sebuah warung sederhana di tepi sungai Jalan Gubernur Suyo dekat jembatan arah Alun-alun Jombang. Aroma khas petis tersebut menggoda dan memikat para pengguna jalan yang melintas.

Warung Sederahan itu milik pasutri Roni Irawan (45) dan Ambar (42). Sementara aroma petis dating dari rujak cingur yang mereka jual. Ya, pasutri tersebut konsisten menyajikan rujak cingur khas Surabaya dengan bumbu legendaris turun-temurun.

Berbeda dari rujak kebanyakan, ‘Rujak River Side Mbak Ambar’ menyajikan cita rasa otentik Jawa Timuran yang berasal dari resep keluarga.

Bumbu petis yang digunakan pun tidak sembarangan kaena dipesan langsung dari Sidoarjo yang dikenal sebagai kota udang. Roni menyebut keunikan rujaknya juga berasal dari tambahan pisang kluthuk yang memperkaya rasa.

“Kesukaan para pelanggan yang datang k esini rata-rata karena rujaknya mempunyai ciri khas sendiri, apalagi bumbu petis yang kita pakai dipesan khusus dari Sidoarjo,” ujar Roni kepada KabarBaik.co, Rabu (16/7).

Warung yang buka dari pagi hingga sore hari ini nyaris tak pernah sepi pembeli. Baik anak muda hingga orang tua kerap terlihat menikmati paduan irisan cingur, tahu, tempe, kangkung, kacang panjang, tauge, timun, pepaya, bengkoang, hingga nanas. Semuanya diracik dalam ulekan petis yang khas.

Harga pun sangat bersahabat. Satu porsi rujak cingur hanya dibanderol Rp 10 ribu. Tambah Rp 5 ribu jika ingin meawrkan rasa eda engan dengan es janggelan (cincau) yang segar. Hanya dengan Rp 15 ribu, pelanggan bisa makan kenyang dan puas.

“Saya kasih semboyan rujak enak, murah, dan wareg,” tambah Roni yang mengaku hobi bermain gitar ini.

Sebelum menetap di lokasi saat ini, Roni dan keluarganya lebih dulu berjualan di dekat Pos Perumahan Jaya Abadi, tak jauh dari tempatnya sekarang. Usaha rujak ini sudah dijalankan sejak orang tuanya masih aktif berdagang, dan kini diwarisi olehnya.

Namun saat bulan Ramadan, warung tutup penuh sebagai bentuk penghormatan terhadap umat muslim yang berpuasa. Tapi saat Hari Raya, warung ini kembali dibanjiri pelanggan.

“Kalau Lebaran bisa sampai 100 bungkus sehari. Kalau hari biasa sekitar 60 bungkus,” tandas Roni. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Teguh Setiawan
Editor: Imam Wahyudiyanta