KabarBaik.co – PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) bersama sejumlah BUMN berkolaborasi menyukseskan program “Difabel Bisa Berusaha” yang digelar di Surabaya. Program ini dirancang untuk memberikan akses, pelatihan, dan dukungan usaha bagi penyandang disabilitas agar mampu mengembangkan keterampilan serta berperan aktif dalam perekonomian.
Acara resmi dibuka oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, yang memberikan apresiasi tinggi atas sinergi antarperusahaan negara dalam memberdayakan difabel. Ia menyebut PT SIER, PT Permodalan Nasional Madani (PNM), PT Pegadaian, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Regional 3, PT Jamkrindo, dan PT Bank IBK Indonesia Tbk sebagai pihak yang berkontribusi nyata dalam inisiatif ini.
“Saya sangat mengapresiasi program ini. Tidak hanya menggandeng mitra korporasi, tetapi juga melibatkan sahabat-sahabat kita dari kalangan disabilitas. Ini sangat inspiratif. Namun, tantangannya adalah program ini tidak boleh berhenti di sini, harus berkelanjutan hingga tuntas,” tegas Emil dikutip dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (16/9).
Emil juga menekankan pentingnya kesinambungan pelatihan. Menurutnya, peserta yang kini dibina diharapkan kelak dapat menjadi pelatih bagi rekan-rekan difabel lain. Ia mendorong agar aspek pemasaran dan pendampingan terus diperkuat, sehingga kompetensi dan rasa percaya diri peserta semakin terasah.
Dalam kesempatan itu, Emil berdialog langsung dengan para peserta untuk mendengarkan kebutuhan mereka. Hal ini, kata dia, penting agar program pemberdayaan benar-benar mampu menghadirkan kesejahteraan sekaligus kemandirian bagi penyandang disabilitas.
Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT SIER, Jefri Ikhwan Maarif, menegaskan bahwa dukungan terhadap program ini sejalan dengan komitmen SIER menghadirkan manfaat bagi masyarakat sekitar.
“Bagi SIER, program ini bukan sekadar pelatihan, melainkan wujud nyata kepedulian untuk membuka ruang kemandirian ekonomi bagi sahabat difabel.
Dengan akses yang tepat dan pendampingan berkelanjutan, mereka bisa mengembangkan usaha sekaligus memberi inspirasi bagi lingkungannya,” ujar Jefri.
Jefri menambahkan, keberadaan kawasan industri harus memberi dampak positif, tidak hanya bagi tenant dan pelaku usaha, tetapi juga masyarakat luas. Program “Difabel Bisa Berusaha” menjadi bukti bahwa peran industri dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan sosial.
Hal senada disampaikan Kepala Divisi Jasa Manajemen dan TJSL PT PNM, Cut Ria Dewanti. Ia menekankan bahwa program ini merupakan wujud sinergi lintas sektor untuk mendorong kemandirian ekonomi difabel.
“Program ini bukan sekadar pelatihan. Ini adalah bentuk komitmen kami menghadirkan TJSL yang inklusif dan berkelanjutan. Setiap individu memiliki potensi luar biasa untuk berkontribusi bagi kemajuan bangsa,” tutur Cut Ria.
Program yang berlangsung pada 15–16 September 2025 ini diikuti 50 peserta difabel dari berbagai latar belakang, mulai dari tuna netra, tuna daksa, tuna rungu, tuna laras, disabilitas mental, hingga juru bahasa isyarat dan pendamping.
Inisiatif ini sekaligus mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin SDG 1: Tanpa Kemiskinan, SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, serta SDG 10: Berkurangnya Kesenjangan.


 
													






