Sungai Boro Wonosalam Jombang Terbukti Bersih, Cocok Jadi Ekowisata Edukatif

oleh -162 Dilihat
f3749722 a258 48b2 9c16 ec84b3f18872
Pemantauan kualitas air yang dilakukan oleh mahasiswa dari Unibraw dan Unisma (Teguh Setiawan)

KabarBaik.co – Sungai Boro yang terletak di Dusun Mendiro, Desa Panglungan, Wonosalam, Jombang, dinyatakan memiliki ekosistem yang sehat dan belum tercemar.

Hal ini berdasarkan hasil biotilik atau pemantauan kualitas air yang dilakukan oleh mahasiswa dari Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang, bekerja sama dengan Yayasan Ecoton.

Pemantauan dilakukan dalam rangka kegiatan edukatif yang melibatkan 28 mahasiswa dari Fakultas Pertanian dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UB, serta Prodi Kesehatan Masyarakat UM, bersama tim Ecoton.

Hasil biotilik menunjukkan keberadaan makroinvertebrata dari kelompok EPT (Ephemeroptera, Plecoptera, dan Trichoptera) yang dikenal sangat sensitif terhadap pencemaran. Nilai indeks biotilik yang diperoleh mencapai rata-rata 3,5, yang berarti kualitas air Sungai Boro tergolong sangat baik.

“Keberadaan EPT ini menjadi indikator bahwa sungai belum tercemar. Ini menunjukkan ekosistemnya sehat dan layak dikembangkan sebagai kawasan ekowisata edukatif,” ujar Jofan Ahmad dari Yayasan Ecoton pada Sabtu (12/7/2025).

Tak hanya melakukan biotilik, para peserta juga menjelajah kawasan hutan Mendiro yang dikelola oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) KEPUH bersama masyarakat lokal. Hutan ini juga menjadi pusat konservasi berbagai komoditas lokal seperti durian, kopi, dan kemiri.

“Kami ingin mahasiswa melihat langsung bahwa pelestarian sungai dan hutan adalah satu kesatuan. Tak bisa dipisahkan,” lanjut Jofan.

Paksi Samudro, mahasiswa UM, mengaku mendapat banyak pengalaman baru dari kegiatan ini.

“Ini memperluas wawasan kami soal keanekaragaman hayati lokal dan pentingnya menjaga lingkungan. Kami jadi sadar, konservasi itu bukan cuma teori,” ungkapnya.

Rafli dari Universitas Brawijaya menambahkan bahwa pelibatan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan menjadi kunci utama keberhasilan konservasi.

“Potensi lokal yang digerakkan masyarakat bisa menjadi kekuatan besar dalam menjaga kelestarian hutan dan sungai,” ujarnya.

Ketua KTH KEPUH, Wagisan, yang juga warga Dusun Mendiro, mengajak seluruh masyarakat Jombang untuk turut menjaga alam Wonosalam. Menurutnya, wilayah ini menjadi sumber kehidupan bagi banyak orang.

“Kalau sungai dan sumber mata air di Wonosalam rusak, masyarakat Jombang yang akan merasakan dampaknya. Jadi, mari kita jaga bersama-sama,” tegas Wagisan.

Yayasan Ecoton berharap kegiatan edukatif seperti ini bisa direplikasi di daerah lain sebagai upaya pelestarian lingkungan yang berbasis partisipasi masyarakat. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Teguh Setiawan
Editor: Imam Wahyudiyanta


No More Posts Available.

No more pages to load.