KabarBaik.co – Dwi Soetjipto, sosok yang dikenal sebagai nakhoda andal di sejumlah BUMN strategis seperti PT Semen Indonesia, Pertamina, dan SKK Migas kembali turun gunung untuk menyuntikkan gagasan revolusionernya.
Kehadiran peraih gelar Profesor (HC) Manajemen Strategis dari Universitas Negeri Padang (UNP) ini bukan untuk mengelola korporasi, melainkan untuk menanamkan benih-benih pemikiran kepada generasi muda dalam forum Seminar Nasional Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI), Minggu (18/5).
Mengusung tema Inovasi Rekayasa untuk Masa Depan Industri dan Energi, seminar ini menghadirkan Prof. (HC UNP) Dr. Ir. Dwi Soetjipto, MM sebagai pembicara utama bersama Awang Djohan Bachtiar, Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Cabang Gresik. Turut hadir Wakil Rektor UISI, Her Arsa Pambudi serta puluhan mahasiswa dari berbagai jurusan.
“Ini sebuah kehormatan yang langka. Beliau bukan hanya seorang tokoh industri nasional, tetapi juga founding father UISI,” ujar Her Arsa dalam sambutannya.
Ungkapan terima kasih disampaikan atas kesediaan Prof. (HC UNP) Dr. Ir. Dwi Soetjipto, MM berbagi ilmu, pengalaman dan visi masa depan kepada civitas akademika.

Dalam pemaparannya, Prof. (HC UNP) Dr. Ir. Dwi Soetjipto, MM menyoroti pentingnya daya adaptasi dalam menghadapi pasar global yang kian dinamis. Ia mencontohkan bagaimana satu keputusan politik global seperti kebijakan tarif impor Donald Trump bisa mengguncang pasar internasional, termasuk Indonesia.
“Kita tidak bisa terpaku pada satu segmen pasar. Saat satu pintu tertutup, kita harus cari pintu lain. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menerapkan Blue Ocean Strategy dan terus berinovasi,” ujarnya mantap.
Blue Ocean Strategy merupakan konsep bisnis yang diperkenalkan oleh W. Chan Kim dan Renée Mauborgne. Strategi ini mendorong perusahaan untuk keluar dari persaingan langsung di pasar yang sudah ada (red ocean) dan menciptakan pasar baru yang belum tersentuh pesaing (blue ocean).
“Blue Ocean Strategy berfokus pada inovasi nilai, menciptakan permintaan baru, dan tiba lebih dulu dibandingkan kompetitor,” tegas Prof. Dwi Soetjipto.
Prof. Dwi Soetjipto juga mengingatkan bahwa Blue Ocean itu hanya sementara dengan memberikan contoh kasus Uber, Grab, dan Gojek untuk menggambarkan dinamika persaingan di pasar.
Menurutnya, inovasi bukan dimulai dari alat, melainkan dari pola pikir.
Ia juga menyinggung pentingnya sinergisitas antara industri dan perguruan tinggi dalam menghasilkan teknologi baru.
“Jangan hanya bangun pabrik, lalu berhenti. Bangunlah inovasi. Itu yang membuat kita bertahan, bahkan melompat,” tandasnya.
Blue Ocean Strategy adalah konsep bisnis yang diperkenalkan oleh W. Chan Kim dan Renée Mauborgne. Strategi ini mendorong perusahaan untuk keluar dari persaingan langsung di pasar yang sudah ada (red ocean) dan menciptakan pasar baru yang belum tersentuh pesaing (blue ocean).
“Blue Ocean Strategy berfokus pada inovasi nilai, menciptakan permintaan baru, dan tiba lebih dulu dibandingkan kompetitor,” tegas Prof. Dwi Soetjipto.
Prof. Dwi Soetjipto lalu membawa hadirin menyelami salah satu kisah suksesnya saat menjabat Direktur Utama PT Semen Indonesia. Kala itu, ia menghadapi krisis ketersediaan batu bara, bahan bakar utama industri semen. Ia tak menyerah. Melihat tumpukan sampah yang tak kunjung teratasi, ia menggagas konversi limbah menjadi energi alternatif. Hasilnya? Bukan hanya industri terselamatkan, tapi juga problem sampah mendapat solusi nyata.
“Ide besar lahir dari kegelisahan dan kesulitan. Tapi ide hanya jadi angan-angan bila tak dieksekusi,” ucap Prof. Dwi membakar semangat mahasiswa yang hadir.
Seminar ini menjadi penegas bahwa Prof. Dwi Soetjipto bukan hanya birokrat korporasi, melainkan pemikir progresif yang terus berkomitmen membangun SDM profesional, kreatif, dan revolusioner.
Prof. Dwi Soetjipto tak sekadar menanam jejak di dunia industri, tapi juga mewariskan arah pada generasi muda Indonesia.(*)