KabarBaik.co – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengambil langkah drastis memperketat pengawasan di seluruh lini wilayah, mulai dari hotel mewah hingga lokasi wisata. Kebijakan ini merupakan respons cepat Pemkot menyusul mencuatnya dugaan kasus pesta seks sesama jenis yang terjadi di salah satu hotel di Kota Pahlawan.
Tak hanya fokus pada penindakan, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi secara khusus menekankan bahwa pengawasan kali ini tidak akan setengah-setengah, melibatkan sinergi kuat antara Pemkot, asosiasi industri, dan yang paling utama—peran aktif masyarakat.
“Surat edaran sudah kami kirimkan ke semua tempat, dari hotel, apartemen, sampai lokasi-lokasi wisata. Pengawasan tidak boleh setengah-setengah. Ini menyangkut citra dan moralitas kota,” tegas Wali Kota Eri Cahyadi di Surabaya.
Langkah pengawasan yang diperluas ini sekaligus menggandeng Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Surabaya sebagai garda terdepan dalam pengamanan internal. Sektor perhotelan menyadari, kasus ini berpotensi merusak citra kota yang tengah gencar menarik wisatawan.
Ketua Harian PHRI Surabaya, Firman Sudi Permana, menyatakan dukungan totalnya terhadap kebijakan Pemkot. Ia menyebut, pengawasan internal kini menjadi prioritas utama. “Dampak kasus ini bukan cuma soal keamanan, tapi langsung menyerang citra kota dan kepercayaan wisatawan. Makanya kami perkuat pengamanan, mulai dari level resepsionis sampai sistem internal hotel,” kata Firman.
PHRI segera menerbitkan surat edaran kepada seluruh anggotanya. Isinya menekankan pentingnya kewaspadaan, termasuk memberikan instruksi tegas agar setiap tamu yang melebihi kapasitas kamar atau menunjukkan perilaku mencurigakan harus segera dilaporkan. Pelaporan bisa dilakukan secara cepat melalui Command Center 112.
Di tengah pengetatan regulasi ini, Wali Kota Eri Cahyadi memberikan penekanan yang lebih mendasar: pentingnya kepekaan dan kepedulian sosial warga. Ia berharap, semangat “gotong royong” tidak luntur di tengah derasnya arus modernisasi kota metropolitan. “Saya harap warga Surabaya bisa punya empati. Kalau melihat sesuatu yang mencurigakan di sekelilingnya, ayo saling bantu, saling peduli,” ujarnya.
Eri Cahyadi mencontohkan, kasus-kasus seperti perdagangan anak sering kali bisa dicegah andai warga lebih jeli. “Kalau ada anak digandeng orang yang bukan keluarganya, kan biasanya kelihatan ada yang tidak beres. Di situlah peka sosial itu penting,” tambahnya.
Menurutnya, nilai kepedulian harus tetap hidup agar Kota Surabaya tidak rusak oleh sikap apatis warganya. “Kalau semua cuek, lama-lama kota ini bisa rusak dari dalam. Kita harus jaga bareng-bareng. Pengawasan yang paling efektif bukan hanya dari aparat, tetapi dari mata dan hati warga itu sendiri,” tandasnya. (*)






