KabarBaik.co- Begitu banyak rumah di dua kecamatan wilayah Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur, porak-poranda. Atap-atap rumah ambruk. Dinding berantakan. Perabot berserak. Bercampur genting, kayu hingga bebatuan. Gempa bumi yang menggoyang Jumat (22/3) lalu, kini menyisakan pilu.
Guncangan gempa memang belakangan dirasakan terus meluruh. Tidak sekuat sebelum-sebelumnya. Namun, masih terjadi dalam skala jauh lebih kecil. Minggu (24/3) malam, warga mengaku masih merasakan. ’’Seusai Maghrib tadi, gempa skala kecil terasa lagi di Bawean. Malam ini saat berada di kamar mandi, Mecca, bertanya tentang gempa susulan,’’ cerita Savira Saleem dalam laman media sosialnya.
Cerita Detik-Detik Gempa Dahsyat di Bawean, Histeris Bersahutan dengan Suara Azan
Kata ’’gempa susulan’’ itu terasa akrab. Selama di pengungsian, semakin sering diucapkan anak-anak. Mungkin Mecca juga ikut merekamnya. ‘’Maa, malam ini ada gempa susulan lagi tidak? Aku takut kok sama gempa susulan itu. Suaranya keras, gredeg-gredeg. Nanti aku jatuh kepleset lagi ditarik Mama. Nanti aku kejatuhan genteng dari atas rumah kayak Liya kemarin lagi. Aku takut,” kata Savira menceritakan percakapan dengan anaknya.
Liya adalah nama teman sebaya Mecca. Saat hari buruk itu, ia kejatuhan pecahan kecil genteng di depan rumahnya. Untung hanya luka ringan. Liya dan kakaknya, dalam pelukan ayahnya. Mereka menyaksikan rumah-rumah digoyang gempa dan roboh ke tanah. ’’Yang berat mumgkin melupakan kejadian itu,’’ paparnya.
Tidak hanya Mecca. Sejak gempa bumi tersebut, warga masih mengalami trauma. Khawatir kejadian kelam itu berulang. Terutama anak-anak. Banyak warga yang masih memilih tinggal di luar rumah. Tinggal di tenda-tenda pengungsian. Di tengah khidmat Ramadan. Namun, banyak juga bapak-bapak mulai membereskan rumah. Membersihkan puing-puing reruntuhan. Dibantu warga lain dan petugas. Saling bergotong royong.
Berdasarkan data BNPB, gempa berkekuatan M 6,5 itu menjadi salah satu dari empat peristiwa gempa terkuat di Pulau Jawa. Setidaknya, 33.745 jiwa dari dua kecamatan di Bawean menjadi pengungsi.
Di Kecamatan Tambak, misalnya. Sebanyak 387 rumah rusak berat, 906 rumah rusak sedang, dan 1.354 rumah rusak ringan. Selain itu, 25 masjid, 70 musala, 56 sekolah, dan 12 kantor layanan publik ikut terdampak. Belum di Kecamatan Sangkapura.
Sementara itu, empati terhadap korban Gempa Bawean, terus mengalir dari banyak kalangan. Termasuk dari Komunitas GusDurian. Inaya Wahid, koordinator Jaringan Nasional GusDurian, mengajak kepedulian semua pihak untuk melakukan penanganan serius terhadap gempa Pulau Bawean mengingat dampak yang begitu besar.
“Sebagai bagian dari masyarakat, kita harus bahu-membahu sebab ini membutuhkan sumber daya yang tidak sedikit,” ujar putri Presiden Keempat RI KH Abdurrahman (Gus Dur) itu.
Dia pun membuka GusDurian Peduli dengan menghimpun dan menyalurkan donasi untuk korban gempa Bawean, melalui rekening BCA 8610603999 an. Yayasan Jaringan GusDurian Peduli. Narahubung bisa melalui nomor 082259006523 atas nama Ridho. GusDurian Peduli merupakan unit kerja dari Jaringan GusDurian Indonesia, yang lahir untuk melanjutkan nilai-nilai perjuangan almarhum Gus Dur di ranah kemanusiaan.
Update! 35 Desa di Gresik Terdampak Gempa Bawean, 5.078 Rumah Rusak dan 7 Korban Luka-luka
Gus Aak Abdullah Alkudus, koordinator GusDurian Peduli, melaporkan bahwa puluhan ribu warga Bawean masih belum berani tinggal di rumah. Mereka memilih mengungsi di tenda-tenda darurat dari terpal. ‘’Dengan fasilitas pengungsian yang seadanya, ditambah lagi air sumur keruh dan berwarna kecoklatan,” ujar Gus Aak.
Dari data yang dihimpun GusDurian Peduli, para pengungsi di Kecamatan Tambak terdiri atas 6.203 anak-anak, 8.563 dewasa, dan 2.508 pengungsi lansia. Pada Sabtu (24/3) malam lalu, sejumlah pihak menggelar rapat koordinasi penangan bencana gempa di Pulau Bawean.
Mereka yang terlibat antara lain PP LPBI NU, PP LAZISNU, PCNU Bawean, Ansor Bawean, Karina Keuskupan Surabaya, GusDurian Gresik, GusDurian Tuban, dan PSMB UPN Veteran Jogjakarta. Hasilnya, disepakati gerakan bersama.
Gerakan sosial itu dimulai Minggu (24/3). GusDurian Oeduli dan PCNU Bawean melakukan rekruitmen relawan lokal. “Senin besok (hari ini, Red) sudah akan dilakukan pelatihan relawan untuk melakukan Kaji Cepat atau assesment terhadap kebutuhan penanganan bencana di lokasi gempa,” ungkapnya.
Dari pantauan, sejumlah lokasi pengungsian, juga belum memiliki fasilitas memadai. Misalnya, di Desa Dagangan. Tidak miliki tenda dan toilet. Termasuk dapur umum. Karena itu, tim tanggap bencana di lokasi gempa saat ini memprioritaskan penanganam kebutuhan dasar untuk pengungsi. “Kebutuhan itu di antaranya, dapur umum, sembako, tenda, selimut, tikar atau matras, obat-obatan, air minum, lampu penerangan untuk tenda, gas LPG, dan sarung,” paparnya.
Sebagai pulau kecil, Pulau Bawean memiliki tingkat kesulitan tersendiri bagi tim tanggap bencana untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan. Kendala akses membuat kendaraan pengangkut bantuan tak bisa bergerak cepat. “Karena itu, relawan lokal berperan besar dalam membantu penyaluran bantuan, sehingga respons akan lebih cepat dan efektif,” pungkasnya. (*)