KabarBaik.co – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kabupaten Gresik telah mengalami kelebihan kapasitas sejak 2017. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gresik pun mencari solusi inovatif untuk mengatasi persoalan ini.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) berbasis Refuse Derived Fuel (RDF), yang mengubah sampah menjadi bahan bakar alternatif pengganti batu bara.
Kepala DLH Gresik Sri Subaidah, menjelaskan bahwa pihaknya telah berupaya mencari lahan baru untuk TPA, tetapi menemui banyak penolakan dari masyarakat.
“Mau tidak mau, kami harus membuat terobosan baru dengan mengolah sampah sejak dari hulu. Salah satunya melalui pemilahan sampah organik dan anorganik,” ujarnya, Selasa (18/2).
Sejak tiga tahun terakhir, Pemkab Gresik telah membangun dua TPST berbasis RDF di Ngipik dan Belahanrejo. Hasil pengolahan sampah dari TPST ini kemudian dijual ke PT Semen Indonesia sebagai bahan bakar alternatif. Langkah ini terbukti efektif dalam mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA.
“Pada 2023, volume sampah mencapai 78.791.616 ton per tahun. Tahun ini turun menjadi 73.113.190 ton per tahun. Meskipun penurunannya belum signifikan, ini menunjukkan ada kemajuan,” kata Sri Subaidah.
Pemkab Gresik pun telah merancang program untuk membangun TPST di setiap kecamatan guna semakin mengurangi ketergantungan pada TPA. Namun, Sri Subaidah menegaskan bahwa keberhasilan program ini membutuhkan kolaborasi dan dukungan penuh dari masyarakat.
“Jika masyarakat mau memilah sampah dari rumah, proses pengolahan di TPST akan lebih mudah dan efektif,” tuturnya.
Dengan kondisi TPA yang sudah overload, inovasi pengelolaan sampah menjadi krusial. Ke depan, keberlanjutan TPST berbasis RDF ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang dalam menangani permasalahan sampah di Kabupaten Gresik. (*)