KabarBaik.co- Di berbagai penjuru dunia, suara rakyat bergemuruh, menuntut keadilan dan perubahan. Dari Dili, Timor Leste, hingga Ankara, Turki, gelombang demonstrasi menunjukkan kegelisahan publik terhadap keputusan para pemimpin mereka. Kisah-kisah ini bukan sekadar berita, melainkan cerminan dari perjuangan demokrasi yang tak pernah berhenti.
Kemarahan di Ibu Kota Dili: Toyota Prado Memantik Api
Di Dili, ibu kota Timor Leste, suasana yang semula tenang berubah menjadi panas pada Senin (15/9) lalu. Lebih dari 1.000 mahasiswa dan warga turun ke jalan, memprotes rencana pemerintah membeli mobil dinas mewah, Toyota Prado, untuk 65 anggota parlemen. Keputusan ini, yang disetujui tahun lalu, terasa bagai tamparan keras bagi rakyat yang hidup dalam kemiskinan.
”Kami meminta anggota parlemen untuk membatalkan keputusan pembelian itu,” teriak seorang mahasiswa bernama Leonito Carvalho.
Awalnya damai, demonstrasi ini mendadak ricuh saat beberapa pengunjuk rasa melemparkan batu ke gedung Parlemen Nasional. Polisi pun membalas dengan tembakan gas air mata, melukai empat orang. Kericuhan ini memantik kemarahan publik, mendorong beberapa partai politik untuk menarik dukungan dan meminta parlemen membatalkan rencana tersebut, mengakui bahwa keputusan itu “tidak mencerminkan kepentingan publik.”
Turki Bergelora: Tuntutan Pengunduran Diri Presiden Erdogan
Sementara itu, di Ankara, Turki, puluhan ribu orang tumpah ruah di jalanan. Mereka membawa bendera Turki dan spanduk, menuntut satu hal: pengunduran diri Presiden Recep Tayyip Erdogan. Gelombang protes ini dipicu oleh dugaan campur tangan pemerintah dalam sistem peradilan, menyusul keputusan pengadilan yang berpotensi membatalkan hasil kongres partai oposisi utama, Partai Rakyat Republik (CHP).
Pemimpin CHP, Ozgur Ozel, menuduh Erdogan merusak demokrasi untuk mempertahankan kekuasaan. Ia pun menyerukan percepatan pemilu, yang seharusnya digelar pada 2028, sebagai jalan keluar. Tuntutan ini semakin kuat setelah lebih dari 500 orang—termasuk 17 wali kota—dari pihak oposisi ditangkap atas tuduhan korupsi.
Salah satu yang paling disorot adalah penangkapan Wali Kota Istanbul, Ekrem Imamoglu. Dari balik jeruji besi, Imamoglu mengirim surat yang dibacakan di hadapan para demonstran. Dalam suratnya, ia menuduh pemerintah berupaya menyingkirkan pesaing demi memenangkan pemilu.
Pemerintah Turki membantah tuduhan ini, menegaskan bahwa peradilan mereka independen dan tidak ada motif politik di baliknya. Namun, gelombang protes terus bergulir, mencerminkan ketidakpuasan mendalam terhadap kondisi politik dan sosial di negara itu. (*)