KabarBaik.co – Kabupaten Bojonegoro menghadapi tantangan serius dalam menjaga kelestarian lingkungannya. Dari total luas wilayah 230.706 hektare, sekitar 40 persen atau 94.397 hektare merupakan kawasan hutan. Namun, kondisi tutupan pohon di wilayah ini terus mengalami penurunan drastis.
Data dari Global Forest Watch mencatat, sejak 2001 hingga 2024, Bojonegoro telah kehilangan sekitar 5.080 hektare tutupan pohon. Angka ini menempatkan Bojonegoro di peringkat kelima daerah dengan tingkat deforestasi tertinggi di Jawa Timur.
Arief Dwi Setiawan, pemerhati lingkungan dari Bojonegoro Institute (BI), menyebut bahwa dampak dari pengurangan tutupan pohon kini mulai terasa di berbagai sektor kehidupan masyarakat. Banjir bandang, tanah longsor, dan kekeringan menjadi bencana yang kian sering terjadi di sejumlah wilayah Bojonegoro.
“Pada tahun 2023, ada 109 desa yang mengalami kekeringan. Jumlah ini meningkat tajam dari tahun sebelumnya yang hanya 50 desa,” ujar Arief, Rabu (18/6).
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bojonegoro, Luluk Alifah, menjelaskan bahwa penyebab utama berkurangnya tutupan hutan di Bojonegoro antara lain adalah penebangan liar, kebakaran lahan dan hutan, serta alih fungsi lahan untuk kepentingan pertanian maupun perkebunan.
“Sejak awal tahun hingga Maret 2025, kami mencatat ada 114 kasus penebangan liar. Sementara pada musim kemarau tahun 2024, terjadi 47 peristiwa kebakaran yang terdiri dari 8 kebakaran hutan dan 39 kebakaran lahan,” jelas Luluk.
Luluk menjelaskan, penebangan pohon secara masif untuk alih fungsi lahan telah menyebabkan kerusakan ekologis yang signifikan dan memperbesar risiko bencana alam. Pemerintah daerah diharapkan mengambil langkah tegas dalam menanggulangi deforestasi ini demi menjaga keberlanjutan lingkungan dan keselamatan masyarakat di masa mendatang. (*)
