KabarBaik.co – Peristiwa kecelakaan maut akibat rem blong pada bus pariwisata Sakhindra Trans terus memunculkan cerita baru. Ternyata bus yang mengakibatkan 15 korban luka-luka dengan empat di antaranya meninggal dunia itu tidak sendirian datang ke Kota Batu. Terdapat tiga bus lagi dalam rombongan pelajar SMK TI Bali Global.
Dirlantas Polda Jawa Timur, Kombes Komarudin menyatakan, dari informasi yang didapat bahwa rombongan bus pariwisata yang kecelakaan, pada Rabu malam (8/1), tidak sendirian.
“Ada tiga bus lainnya yang menyertai. Jadi, rombongannya itu seluruhnya ada empat bus dengan 160-an peserta,” kata Komarudin di sebuah pusat oleh-oleh di Kota Batu, Kamis (9/1).
Tiga bus lainnya yang tidak mengalami kecelakaan, lanjut Komarudin, posisinya masih berada wilayah Kota Batu. “Dan faktanya, setelah kami hentikan tiga bus lainnya itu, setelah kami cek ketiga bus itu ternyata tidak laik jalan juga,” ujar Komarudin.
Komarudin menegaskan, pihak kepolisian mengambil tindakan tegas dengan memerintahkan agar PO bus tersebut segera mengganti dengan bus yang layak jalan untuk membawa rombongan kembali. “Saat ini kami baru selesai melakukan ramp chek untuk bus yang lain,” ungkap dia.
Selain itu, fakta selanjutnya yang didapat petugas bahwa surat kendaraan dari ketiga bus tersebut juga telah mati. “KIR-nya mati, dan kondisi ban sudah retak-retak. Inilah yang perlu kami ambil tindakan tegas sehingga untuk pengembalian rombongan kami minta untuk mengganti kendaraan. Kepulangan peserta akan kami kawal sampai dengan di penyeberangan di Ketapang,” tegasnya.
Menurut Komarudin, seluruh rombongan penumpang bus pariwisata tersebut saat ini masih berada di Kota Batu. Sedangkan sopir bus pariwisata Sakhindra Trans yang terlibat kecelakaan masih dilakukan pemeriksaan.
“Tentunya kami akan mengembangkan penyelidikan ke pihak PO. Dari kendaraan yang tidak laik jalan ini kami masukkan ke materi pemeriksaan. Tetapi secara umum mereka (sopir bus) mengatakan harus tetap menjalankan pekerjaannya. Tidak mau kehilangan pekerjaan, makanya tetap memaksakan bekerja dan mengangkut para peserta ini,” tandasnya. (*)