KabarBaik.co – Sabtu, 4 Januari 2025, menjadi hari istimewa bagi Suluh Jalu Pamungkas dan Ami Pratiwi. Pasangan asal Desa Siliragung, Banyuwangi, ini sukses menyuguhkan pernikahan yang tidak hanya memikat hati, tetapi juga membawa tamu undangan menyusuri lorong waktu ke era 1970-an.
Sejak memasuki area pesta, nuansa klasik begitu terasa. Dekorasi pelaminan yang dihiasi anyaman bambu, janur, dan dedaunan tampak selaras dengan tenda yang dirancang sederhana namun penuh makna. Bahkan, pengeras suara yang digunakan bukanlah speaker modern, melainkan toa yang identik dengan suasana zaman dulu.
“Kami ingin memberikan sesuatu yang beda, mengangkat tema yang tidak hanya menarik tapi juga ramah lingkungan,” ungkap Jalu, sang mempelai pria.
Ia menjelaskan, sebagian besar dekorasi pernikahan mereka dibuat dari bahan-bahan alami yang mudah ditemukan di sekitar desa.
Alunan musik lawas semakin memperkuat atmosfer nostalgia. Dari lagu-lagu Rhoma Irama dan Ebiet G. Ade hingga tembang Banyuwangian klasik, semuanya mengiringi momen bahagia pasangan ini. Tak hanya itu, kehadiran gamelan tradisional menjadi elemen kejutan yang memeriahkan suasana.
Keseriusan Jalu dan Ami dalam menghidupkan tema tempo dulu juga terlihat dari pakaian yang dikenakan. Sang mempelai dan keluarganya tampil anggun dalam balutan kebaya khas, sementara tamu-tamu penerima turut mengenakan busana tradisional yang senada dengan konsep acara.
“Konsep ini bukan hanya soal keunikan, tapi juga untuk mengajak tamu undangan mengenang masa lalu yang penuh kehangatan,” ujar Ami.
Ia dan Jalu berharap, pesta pernikahan mereka tidak hanya meninggalkan kesan mendalam, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak pasangan lain.
Bagi para tamu, pernikahan ini seperti sebuah perayaan sederhana yang sarat makna. Bukan sekadar pesta, melainkan sebuah perjalanan nostalgia yang mengingatkan akan kebahagiaan dalam kesederhanaan. “Yang penting, semua lancar dan tamu merasa senang,” pungkas Jalu.
Pernikahan ini menjadi bukti bahwa kreativitas dan kearifan lokal mampu menciptakan momen istimewa yang tak lekang oleh waktu. Dari Desa Siliragung, Banyuwangi, Jalu dan Ami mengirimkan pesan sederhana: bahagia itu bisa dirayakan tanpa melupakan akar budaya dan harmoni dengan alam. (*)