KabarBaik.co – Isu PKI yang muncul di Pilkada Jember memang masih menjadi perbincangan hangat beberapa kalangan. Salah satunya Akademisi Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Jember, Itok Wicaksono.
Menanggapi video yang banyak beredar di medsos soal ucapan calon Gus Fawait tentang PKI, Itok mengatakan, istilah PKI yang dilontarkan Gus Fawait saat refleksi Hari Santri Nasional adalah diksi penyemangat.
“Menurut saya itu tujuannya motivasi, dalam konteks saat ini santri memang perlu terus dimotivasi menuju arah perubahan. Motivasi tersebut diperlukan agar santri saat ini memiliki arah perubahan yang lebih baik dari masa lalu.” ujar Itok, Jumat (1/11).
Ia menjelaskan, makna yang terkadang dalam penyebutan istilah PKI pada intinya bahwa upaya menjegal dan menghalalkan segala cara dalam hal apapun merupakan tindakan tak bermoral. Sehingga santri masa kini jangan sampai melakukan upaya yang sama.
Oleh sebab itu, penyebutan istilah PKI itu tidak perlu diframing untuk menggiring kecenderungan politik pada pasangan calon tertentu.
Selain itu, lanjut Itok, masyarakat Jember saat ini sudah cerdas. Sehingga seharusnya isu-isu sensitif (PKI) tidak perlu menjadi fokus perhatian.
“Saya yakin masyarakat Jember sudah cerdas dan tidak akan terlalu menggubris persoalan itu, mereka akan lebih memperhatikan visi misi paslon tiap-tiap pasangan calon,” katanya.
Itok juga menilai, pengucapan istilah PKI oleh Gus Fawait konteksnya bukan terkait Pilkada. Jika kemudian isu PKI dijadikan stigma dalam konteks Pilkada, malah menjadi tidak rasional.
Lebih jauh Itok mengajak seluruh masyarakat Jember untuk menatap kondisi Jember ke depan. Terutama hak yang berkaitan dengan masalah-masalah dasar di Jember dan terus memberikan semangat positif bagi para santri.
Itok berharap tidak ada pihak yang merasa sensitif terhadap istilah yang diucapkan Gus Fawait. Masyarakat berhak berpihak kepada pasangan calon manapun tanpa terprovokasi oleh isu PKI. Pilihan politik masyarakat Jember terhadap calon pemimpin harus berlandaskan program yang ditawarkan.
“Kita jangan malah disibukkan dengan isu sensitif dan terjebak dalam dukung mendukung personal dan emosional,” pungkasnya. (*)