KabarBaik.co – Di balik aroma semerbak minyak wangi yang ia jajakan dari desa ke desa, tersembunyi semangat seorang lelaki 57 tahun untuk menguak kabut sejarah yang tertutup debu waktu dan kabar yang simpang siur. Ia adalah Wartono, warga Desa Jombangdelik, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik, pedagang minyak wangi keliling yang sekaligus menjadi penelusur makam-makam bersejarah.
Sejak 1995, Wartono meniti jalan sunyi sebagai penjual minyak wangi. Ia menyambangi pondok pesantren, rumah para spiritualis, dan siapa saja yang membutuhkan wewangian. Jalur perjalanannya membentang dari Mojokerto, Jombang, Gresik hingga ke sudut-sudut Jawa Timur.
“Saya tidak membedakan siapa pelanggan saya, dari agama apa pun saya datangi. Karena saya juga ingin tahu dari semua sudut pandang. Bagi saya, semua agama itu mengajarkan kebaikan,” ujarnya, Jumat (27/6).
Namun, aktivitas Wartono tak berhenti pada transaksi wewangian. Ia juga menelusuri jejak-jejak sejarah dengan langkah kaki dan nurani. Setiap kali mengunjungi situs makam, ia tak hanya berjualan, tetapi juga mencermati keaslian identitas tokoh yang dimakamkan. “Banyak makam yang tidak sesuai dengan catatan sejarah. Bahkan ada yang palsu,” tuturnya.
Tak hanya menyimpan temuan itu sendiri, ia membagikannya kepada publik melalui akun Facebook pribadinya. Di sana, ia mengunggah video dokumenter investigatif—tanpa potongan, tanpa tambahan. Dalam video pertamanya, ia memaparkan lokasi dan narasi sejarah makam. Dalam video kedua, ia mewawancarai juru kunci yang dianggap sepuh dan mengetahui seluk-beluk situs tersebut.
“Sering kali saya mendapati informasi dari juru kunci yang bilang, itu bukan makam yang ditulis di situ. Kadang ada yang langsung ditindaklanjuti pihak terkait, makam palsu ditertibkan. Kalau hanya salah nama, akan diluruskan,” jelas Wartono.
Semua ia lakukan tanpa pendanaan, tanpa sponsor. “Saya hanya ingin sejarah kita ini tidak dikaburkan. Generasi mendatang berhak tahu yang sebenarnya,” katanya, matanya menatap jauh seolah sedang menimbang beratnya amanah.
Dalam kehidupan pribadi, Wartono adalah kepala keluarga sederhana. Ia memiliki istri dan dua anak. Anak sulungnya sudah berkeluarga, sementara putri bungsunya kini menempuh pendidikan tinggi di Universitas Negeri Surabaya (UNESA), jurusan Fisika. Ia tak pernah menyangka anaknya bisa kuliah, mengingat keterbatasan ekonomi keluarga.
“Saya biasa beli beras cuma 2–3 kilo, tidak lebih. Tapi kepala sekolah anak saya memanggil dan meyakinkan, karena prestasi anak saya bisa dapat beasiswa. Sekarang dia kuliah gratis,” kisahnya, lirih namun penuh syukur.
Ia berharap masyarakat ikut serta menjaga warisan sejarah bangsa. “Kalau melihat makam yang tidak sesuai, tolong segera laporkan ke pihak terkait. Biar peninggalan kita tetap ada dan terjaga keasliannya,” pungkas Wartono.
Dalam diri pria sederhana ini, aroma minyak wangi yang dijualnya seolah menjadi simbol pencarian yang lebih dalam: pencarian atas kebenaran yang hakiki. Karena bagi Wartono, sejarah bukan sekadar cerita, tapi napas masa lalu yang harus dihirup dengan jujur. (*)