Gedangkulut: Desa Strategis di Gresik yang Menyimpan Sejarah dan Potensi Besar

oleh -205 Dilihat
gedangkulut
Foto desa gedangkulut cerme (Google maps)

KabarBaik.co- Gedangkulut adalah desa yang berada di kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Indonesia. Merupakan Salah satu desa yang memiliki wilayah terluas di Kecamatan Cerme. Desa Gedang Kulut merupakan salah satu desa di kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Yang berada di sebelah selatan kota Gresik. desa ini merupakan desa yang strategis karena letaknya yang berada di paling ujung dari kecamatan Cerme, yang menjadi perbatasan dengan kecamatan Benjeng dan Duduksampean.

Asal-usul dan Sejarah Desa Gedangkulut

Sejarah Desa Gedang Kulut berawal dari kisah perjalanan pasukan Islam yang mengalami kekalahan dalam sebuah pertempuran dan dikejar oleh bala tentara Budha. Mereka terus bergerak hingga tiba di suatu tempat bernama Nggembyang (sekarang di sebelah timur Terminal Giri). Namun, pengejaran tidak berhenti di sana. Pasukan Islam semakin terdesak ke arah barat hingga beristirahat di Sengkren (kini Pasar Pon Padeg), lalu melanjutkan perjalanan ke Padeg untuk menyusun strategi guna menghindari kepungan musuh.

Demi keselamatan, mereka menyusuri sungai pada malam hari dan tiba di sebuah tempat yang sekarang disebut Pentasan. Setelah merasa situasi lebih aman, perjalanan diteruskan ke arah selatan hingga mereka singgah di Sikepyak dan Siwedus. Ketika mencapai sebuah pemukiman kecil, mereka mendapati penduduk yang enggan memberikan air minum, sehingga pemimpin pasukan Islam tersebut menyebut mereka sebagai “sigit,” yang dalam bahasa setempat berarti kikir.

Baca juga:  Ironis! Cari Jati Diri Pelajar Gresik Terjerumus Gangster

Di tempat itu, pemimpin pasukan berencana mendirikan masjid, tetapi penduduk setempat mengajukan syarat bahwa masjid harus selesai sebelum ayam berkokok. Sayangnya, meski telah bekerja keras sepanjang malam, mereka gagal memenuhi syarat tersebut. Akhirnya, pasukan Islam meninggalkan tempat itu dan bergerak ke timur, di mana sang pemimpin bersemedi dan meminta petunjuk kepada Yang Maha Kuasa. Ia kemudian diperintahkan untuk membuat sumur sebagai sumber air bersuci atau wudhu. Dengan sekali hentakan kaki ke tanah, muncul sebuah sumur yang airnya jernih dan berlapis-lapis, yang kemudian dikenal dengan nama Sumur Sucen (sekarang berada di RW 4 sebelah utara).

Di dekat sumur tersebut, mereka mendirikan tempat ibadah yang disebut Langgar Cangkring, yang diyakini sebagai langgar pertama di Gedangkulut. Komunitas ini mulai berkembang dan bercocok tanam, salah satu tanaman yang mereka hasilkan adalah pisang emas yang terkenal lezat. Oleh karena itu, wilayah tersebut awalnya disebut Gedang Pulut, yang berarti pisang emas istimewa. Seiring waktu, pemukiman ini terus berkembang ke barat hingga muncul Dukuhan Gedang Pulut (kini RW 6), dan akhirnya menjadi Desa Gedangkulut yang dikenal saat ini.

Dalam kepemimpinannya, pemimpin pasukan Islam tersebut tidak memiliki keturunan, sehingga ia mengangkat anak yang kemudian memiliki empat cucu. Mereka menyebar ke berbagai daerah, yakni Gedang Kulut, Benjeng, Balongpanggang, dan Lamongan. Menurut cerita, sang pemimpin Islam menetap di desa ini hingga wafat, dan makamnya terletak di kuburan pertama Gedangkulut, yang kini disebut Jaratan.

Baca juga:  Samapta Polres Gresik Sisir Perumahan yang Ditinggal Mudik

Perubahan Kepercayaan dan Budaya

Pada awalnya, masyarakat Gedangkulut masih menganut kepercayaan animisme, yakni meyakini adanya roh-roh halus atau danyang desa. Hingga tahun 1940-an hingga 1960-an, penduduk sering melakukan ritual pemujaan di beberapa tempat yang dianggap keramat, seperti Telaga Paloma (Logo), Seget, dan Sucen. Setiap waktu tertentu, masyarakat akan membakar merang padi sambil memanjatkan doa. Telaga Paloma sendiri dikenal sebagai lokasi yang paling sakral karena memiliki tiga batu lumpang besar yang dinaungi pohon asam.

Namun, tradisi ini mulai berkurang setelah perubahan situasi politik di Indonesia, khususnya setelah runtuhnya paham komunisme. Sejak saat itu, ajaran Islam mulai lebih diterima, dan masyarakat Gedangkulut perlahan meninggalkan kepercayaan lama mereka.

Seiring perkembangan zaman, sistem pemerintahan desa pun mulai terbentuk. Nama-nama kepala desa atau petinggi yang pernah memimpin Gedangkulut dari awal hingga sekarang antara lain:

  1.  Seno
  2. Markaban
  3. Kaslan
  4. Satuman
  5. Sarkawi
  6. M. Ali Mas’ud
  7. Ahmad

Waduk Gedangkulut dan Potensi Pengembangannya

Salah satu aset berharga di Desa Gedangkulut adalah waduk atau bendungan yang dibangun sejak masa pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1930-an. Pembangunan ini merupakan bagian dari kebijakan Politik Etis, yang salah satu programnya adalah pengembangan irigasi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Hindia Belanda.

Baca juga:  Dokter Alif Daftar Bacalon Bupati Gresik ke Demokrat

Keberadaan waduk ini sangat bermanfaat bagi warga desa, terutama dalam sektor pertanian. Dengan adanya pasokan air yang cukup, para petani dapat melakukan panen hingga tiga kali dalam setahun. Selain untuk pengairan sawah, waduk ini juga menjadi tempat budidaya ikan yang hasilnya dapat meningkatkan pendapatan desa.

Potensi Waduk Gedangkulut sebenarnya masih bisa dikembangkan lebih lanjut. Pemerintah desa maupun daerah bisa menjadikannya sebagai kawasan strategis untuk pengembangan pariwisata desa. Dengan pengelolaan yang baik, waduk ini dapat menjadi daya tarik wisata sekaligus mendukung perekonomian masyarakat sekitar.

Desa Gedangkulut memiliki sejarah panjang yang dipenuhi dengan perjalanan spiritual dan budaya. Dari kisah pelarian pasukan Islam, perkembangan sistem kepercayaan, hingga peran penting waduk dalam kehidupan masyarakat, desa ini terus mengalami transformasi. Kini, dengan potensi yang dimilikinya, Gedangkulut berpeluang untuk berkembang lebih maju, baik dalam sektor pertanian, ekonomi, maupun pariwisata. Dengan kerja sama antara masyarakat dan pemerintah, Desa Gedangkulut dapat menjadi desa yang semakin maju tanpa melupakan akar sejarah dan budaya yang telah membentuknya.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Muhammad Ibrahim Al Fatich Purnomo
Editor: Lilis Dewi


No More Posts Available.

No more pages to load.