KabarBaik.co – Petani tembakau di Kabupaten Bojonegoro diimbau waspada terhadap perubahan cuaca yang terjadi sekarang ini. Ahli klimatologi dari Universitas Bojonegoro (Unigoro) Dr. Heri Mulyanti, S.Si., M.Sc., menyebut musim kemarau pada tahun ini akan berlangsung pendek.
Fenomena tersebut akrab disebut kemarau basah. Seharusnya sepuluh hari di pekan kedua dan ketiga bulan April sudah memasuki musim kemarau. Namun hujan dengan intensitas rendah hingga tinggi masih beberapa kali turun di berbagai wilayah.
“Perubahan iklim sulit ditentukan. Maka prediksi musimnya juga jadi lebih sulit. Ada kemungkinan kemarau di tahun ini lebih pendek karena masih disertai hujan. Jadi tidak terlalu kekeringan. Ada kemungkinan kemarau di tahun ini lebih pendek karena masih disertai hujan. Jadi tidak terlalu kekeringan,” jelas Heri, Senin (21/4).
Heri menjelaskan, suhu lautan dekat pulau Jawa saat ini masih hangat. Selain itu, fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) atau fenomena iklim yang terjadi di Samudra Hindia cenderung positif netral, sehingga potensi hujan pada April ini masih ada. Justru yang perlu waspada saat musim kemarau berlangsung pendek adalah petani tembakau.
“Petani-petani di Bojonegoro suka menanam tembakau saat kemarau. Ini jadi komoditas utama mereka. Nah, jika saat kemarau masih beberapa kali turun hujan, yang harus dipersiapkan bagaimana menjaga tanamannya agar tumbuh maksimal. Lalu bagaimana cara pengeringannya. Jangan sampai berdampak pada potensi panen yang berkurang dan tidak maksimal,” jelas dosen prodi ilmu lingkungan Unigoro itu.
Selain ancaman pada sektor pertanian, lanjut Heri, warga juga harus waspada terhadap berbagai macam penyakit yang muncul saat kemarau basah. Seperti demam berdarah dan flu. Heri menganjurkan masyarakat untuk update informasi dari Badan Meteorologi, Klimatogi, dan Geofisika (BMKG) yang dirilis secara berkala. (*)