Akademisi Unusida Ungkap Penyebab dan Solusi Banjir di Sidoarjo

oleh -640 Dilihat
unusida
Akademisi Unusida, Listin Fitriana. (Ist)

KabarBaik.co – Hujan deras yang mengguyur Sidoarjo dalam beberapa hari terakhir telah menyebabkan banjir di sejumlah wilayah. Tak hanya merendam permukiman warga, banjir juga melumpuhkan lalu lintas di beberapa ruas jalan utama, sehingga menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.

Dosen Teknik Lingkungan Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida), Listin Fitrianah mengungkapkan bahwa banjir di Sidoarjo disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kondisi geografis hingga sistem drainase yang tidak memadai. Ia menyebut wilayah Sidoarjo sebagai daerah rawan banjir karena berada di dataran rendah atau wilayah Delta.

“Wilayah Delta merupakan dataran rendah yang terbentuk di muara sungai. Sidoarjo adalah daerah rawa. Faktor lain terkait banjir rob dan curah hujan pada beberapa hari ini,” ujar Listin Fitrianah, Kamis (26/12).

Listin menjelaskan bahwa banjir rob, yang sering terjadi di Sidoarjo, disebabkan oleh pasang surut air laut yang tinggi. Lokasi Sidoarjo di pesisir utara Jawa Timur membuat wilayah ini rentan terhadap fenomena tersebut, terutama selama musim penghujan atau saat terjadi peningkatan pergerakan air laut.

Berdasarkan data dari BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak Surabaya, Sidoarjo mengalami pasang air laut yang cukup tinggi pada Desember.

“Menurut data, pasang air laut memang cukup tinggi di beberapa hari terakhir, khususnya di tanggal 11-15 terjadi pasang, termasuk tanggal 16 yang menyebabkan banjir rob. Pada tanggal 15 ketinggian pasang air laut mencapai titik maksimal,” jelasnya.

Selain faktor geografis dan cuaca, Listin juga menyoroti sistem drainase yang kurang optimal di Sidoarjo. Saluran air yang tersumbat oleh sampah dan limbah menjadi penyebab utama air tidak dapat mengalir dengan lancar, sehingga memperparah banjir di beberapa titik.

“Kondisi tersebut disebabkan karena saluran air pada sistem drainase tersumbat sampah dan limbah. Membuang sampah sembarangan bisa memperburuk kapasitas drainase. Sehingga menyebabkan air sungai meluap dan menggenangi permukaan. Itu menjadi momok bagi kita,” katanya.

Untuk mengatasi banjir, Listin mengusulkan pendekatan berbasis kolaborasi pentahelix, yaitu melibatkan lima elemen: pemerintah, pengusaha, masyarakat, akademisi, dan media. Pendekatan ini diyakini mampu memberikan solusi efektif secara berkelanjutan.

“Tugas menanggulangi banjir tidak hanya tugas pemerintah, tetapi kita secara bersama-sama harus sadar bagaimana kita bersama-sama mengurangi potensi banjir di wilayah Sidoarjo,” tegasnya.

Ia juga menjelaskan peran masing-masing elemen. Pemerintah, sebagai pembuat kebijakan, bertanggung jawab membangun dan memelihara infrastruktur pengendalian banjir. Masyarakat diminta menjaga kebersihan lingkungan, menghindari pembangunan liar, dan melakukan penghijauan.

Selain itu, akademisi memiliki peran penting dalam melakukan penelitian, memberikan edukasi, serta mengembangkan teknologi baru untuk mitigasi banjir.

“Akademisi juga berperan memberikan edukasi dan pelatihan ke masyarakat sejak dini, baik ke masyarakat secara langsung atau ke sekolah terkait mengantisipasi dan mengurangi dampak banjir,” ujarnya.

Sementara itu, pihak swasta didorong untuk berinvestasi dalam proyek infrastruktur hijau, seperti taman kota dan resapan air. Media, menurut Listin, berperan menyebarluaskan informasi dan edukasi tentang mitigasi banjir, termasuk pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. “Peran media sangat penting untuk mengedukasi masyarakat dengan membuat konten tidak membuang sampah sembarangan atau mendukung program penghijauan,” pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Yudha
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.