Bertani- Saat banyak anak muda memandang pertanian sebagai profesi tradisional dan kurang menjanjikan, Fatkhul Ilma, 28, pemuda asal Desa Bendo, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, justru membuktikan sebaliknya. Lewat inovasi dan sentuhan teknologi modern, ia berhasil mengubah sawah dan greenhouse menjadi ladang ide, produktivitas, sekaligus inspirasi bagi generasi muda.
Perjalanan Ilma dimulai lima tahun lalu dari sebuah greenhouse sederhana berukuran 4×6 meter. Dari lahan kecil itu, ia melakukan riset komoditas yang paling potensial di pasar. Cabai dan melon menjadi pilihan utamanya.
“Alhamdulillah, tiap kali panen hasilnya bagus,” ungkapnya. Keberhasilan awal itu semakin menguatkan keyakinannya bahwa pertanian berbasis teknologi menawarkan prospek lebih baik dibandingkan metode konvensional.
Hasilnya nyata. Dengan sistem modern, Ilma mampu memanen melon hingga 5–6 kali dalam setahun—jauh melampaui pola tanam tradisional. Serangan hama pun minim, sementara pemasaran lancar karena sudah ada pembeli tetap yang menanti hasil panen. Konsep hilirisasi yang ia terapkan juga memberi nilai tambah: setiap komoditas ditanam berdasarkan kebutuhan pasar, bukan sekadar kebiasaan.
Kini, Ilma mengelola delapan greenhouse. Empat difokuskan untuk produksi skala industri, sementara empat lainnya dijadikan ruang riset dan pengembangan. Dalam satu kali panen, satu greenhouse saja bisa menghasilkan omzet hingga Rp30 juta, dengan keuntungan bersih sekitar Rp10–15 juta.
Pengalaman mengikuti program smart farming di Korea Selatan makin memperkaya wawasannya dalam menggabungkan teknologi dan pertanian. Tidak heran jika pada 2022, Ilma meraih Juara 2 Pemuda Pelopor Nasional. Puncaknya, pada Agustus 2025, Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Djoyo Tani yang ia dirikan dinobatkan sebagai P4S Teladan oleh Kementerian Pertanian.
Namun, bagi Ilma, pertanian bukan sekadar soal keuntungan. Lewat P4S Djoyo Tani, ia membuka kesempatan belajar bagi mahasiswa, pelaku usaha, hingga masyarakat umum untuk magang dan mengenal langsung praktik pertanian modern. Harapannya sederhana namun besar: semakin banyak anak muda yang melihat pertanian bukan lagi sebagai tradisi masa lalu, melainkan masa depan yang menjanjikan.
“Pertanian itu penting, bahkan strategis. Kalau kita mau maju, harus mulai sekarang dengan cara yang tepat,” pungkasnya.
Dengan dedikasi dan inovasinya, Fatkhul Ilma membuktikan bahwa pertanian bisa tampil keren, modern, produktif, sekaligus menguntungkan. (*)