Dari Grasberg ke Gresik: Jejak Panjang Emas dan Tembaga Indonesia

oleh -1001 Dilihat
Freeport Ekspor Konsentrat Tembaga 200915 Adm 2
Area tambang terbuka PT Freeport Indonesia di Mimika, Papua Tengah (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/kye/15)

Langit Mimika sedang muram dalam beberapa pekan ini. Bukan karena cuaca, melainkan karena kabar yang membekas di hati banyak orang. Tragedi berulang di balik keagungan tambang Grasberg. Pada 8 September 2025, sebanyak 7 orang pekerja tertimbun longsor. Sabtu (20/9), dua korban tewas telah berhasil ditemukan.

Tragedi itu bukan pertama. Pada 14 Mei 2013, publik juga dikejutkan runtuhnya terowongan di tambang bawah tanah Big Gossan, sekitar Grasberg, yang menelan 28 nyawa. Tragedi ini menjadi pengingat pahit bahwa di balik setiap ton bijih yang diangkut, tersimpan risiko besar yang mengancam nyawa. Ini mesti menjadi perhatian utama bagi perusahaan, PT Freeport Indonesia (PTFI), untuk terus meningkatkan standar keselamatan.

Dalam kesehariannya, jauh di dalam perut bumi Papua, denyut kehidupan sudah biasa berdegup kencang. Bukan denyut kehidupan alam, melainkan denyut roda-roda raksasa tambang yang tak pernah berhenti. Itulah Grasberg Block Cave (GBC), sebuah karya raksasa manusia yang menggali kekayaan alam tersembunyi.

Perjalanan itu dimulai jauh sebelum roda-roda dump truck dan bor-bor raksasa hadir. Kisahnya bermula dari kejeniusan seorang geolog Belanda, Jean-Jacques Dozy, pada tahun 1936. Saat melakukan ekspedisi pendakian ke puncak Carstensz, matanya menangkap sesuatu yang aneh. Sebuah singkapan hitam besar yang disebutnya Ertsberg atau Gunung Bijih. Ia mencatatnya dalam laporan, namun Perang Dunia II mengubur temuannya dalam tumpukan arsip.

Puluhan tahun kemudian, pada 1960, sebuah ekspedisi dari Freeport Sulphur Co. (sekarang Freeport McMoRan) yang dipimpin Forbes Wilson, kembali mencari jejak Ertsberg. Menggunakan peta dan laporan Jean-Jacques Dozy, mereka berhasil menemukan gunung yang berisi bijih tembaga berkualitas tinggi, yang kemudian membuka babak baru penambangan modern di Papua.

Seiring waktu, eksplorasi lebih lanjut mengungkap adanya cadangan tembaga dan emas yang jauh lebih besar dan tersembunyi di bawah Ertsberg, yang kemudian diberi nama Grasberg.

Dari sinilah cerita Grasberg Block Cave dimulai. Grasberg, yang pada awalnya ditambang secara terbuka (open pit) hingga kedalaman yang tidak lagi ekonomis, kini harus ‘dijinakkan’ dari dalam. Dan jawabannya adalah metode penambangan bawah tanah dengan teknik block caving.

Bayangkan sebuah piramida terbalik yang dibangun dari batu. Di dasar piramida ini, ribuan meter di bawah permukaan, ada sebuah ‘rongga’ raksasa yang berisi bijih tembaga dan emas. Kemudian, mengikis piramida ini dari bawah, membiarkan bijih-bijih tersebut runtuh dengan sendirinya akibat gravitasi.

Untuk sampai ke sana, harus naik lift tambang, menembus kedalaman hingga sekitar 1.700 meter di bawah permukaan laut. Udara dingin, dan tekanan terasa di telinga. Setelah pintu lift terbuka, yang menyambut adalah pemandangan luar biasa. Jaringan terowongan yang luas, seolah-olah berada di kota bawah tanah. Suara deru dump truck listrik yang tanpa henti, kilau lampu dari helm pekerja yang bergerak, dan bau khas mineral yang menyeruak.

Di terowongan utama, ribuan ton bijih telah dihancurkan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dan siap untuk dimuat. Prosesnya mengagumkan. Sebuah truk loader yang dikendalikan dari jarak jauh (otomatis) bergerak mendekati tumpukan bijih yang runtuh, memuatnya, lalu mengangkutnya ke grizzly, sebuah tempat di mana bijih-bijih tersebut disaring untuk memastikan ukurannya sesuai sebelum masuk ke ban berjalan (conveyor belt).

Di dalam, tak ada matahari, tidak ada bintang. Tapi ada cahaya dari ribuan lampu dan semangat dari banyak orang yang bekerja. Sejatinya para pekerja sangat profesional, mengenakan APD lengkap, dan setiap gerakan diatur dengan protokol keselamatan ketat. Semua dilakukan dengan satu tujuan: memanen bijih emas dan tembaga. Namun, tentu tak ada yang dapat memastikan seperti apa kejadian di depan.

Yang pasti. setelah bijih-bijih dari Grasberg itu terkumpul, perjalanan belum selesai. Bijih-bijih tersebut diangkut melalui ban berjalan sepanjang puluhan kilometer menuju pabrik pengolahan konsentrat. Di pabrik ini, bijih digiling, dicampur dengan air dan bahan kimia, melalui proses flotasi untuk memisahkan mineral berharga, menghasilkan konsentrat berwarna pekat.

Konsentrat ini kemudian dikirim ke smelter untuk diproses lebih lanjut. Selama puluhan tahun, konsentrat ini diekspor atau diolah di smelter PT Smelting yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur. Namun, sebagai komitmen untuk memajukan industri dalam negeri (hilirisasi), PTFI telah membangun smelter baru di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik. Nilai investasinya mencapai Rp 56 triliun.

Smelter baru di Wilayah JIIPE, Manyar, itu merupakan salah satu smelter tembaga terbesar di dunia, akan mengolah semua konsentrat tembaga dari Grasberg. Per 16 September 2025 lalu, PTFI kabarnya sudah tidak lagi mendapatkan izin perpanjangan ekspor konsentrat dari pemerintah. Kini, semuanya wajib untuk diolah di dalam negeri.

Cadangan di Grasberg Block Cave (GBC) sangat besar. Berdasarkan data resmi, GBC memiliki cadangan bijih yang sangat signifikan, menjadikannya salah satu tambang bawah tanah terbesar di dunia. Keberadaan tambang ini akan memastikan produksi perusahaan berlanjut selama beberapa dekade ke depan. Tentu, yang paling penting adalah memberikan manfaat ekonomi yang besar bagi Indonesia.

Skala ekonominya memang luar biasa. Pada 2018, misalnya, Grasberg dilaporkan menyumbang pendapatan sekitar USD 6,2 miliar atau setara Rp 96 triliun bagi Freeport-McMoRan, sekitar sepertiga dari total pendapatan konsolidasi perusahaan.

Dari sisi keuntungan, perhitungan Inalum memperkirakan laba bersih Grasberg bisa mencapai USD 2 miliar per tahun, yang jika dikonversi setara Rp 31 triliun. Sementara itu, dari laba bersih tersebut, pemerintah pusat dan daerah pada 2024 menerima sekitar Rp 7,73 triliun dalam bentuk Dana Bagi Hasil (DBH). Angka-angka ini menggambarkan betapa strategisnya tambang Grasberg, bukan hanya untuk perusahaan, tetapi juga bagi keuangan negara. Terlebih setelah hilirisasi berjalan optimal.

Keuntungannya bukan hanya dalam bentuk emas dan tembaga. Kehadiran Grasberg Block Cave telah menciptakan ribuan lapangan pekerjaan, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal di Mimika, dan berkontribusi besar pada penerimaan negara. Infrastruktur jalan, listrik, dan fasilitas sosial lainnya dibangun untuk mendukung operasional tambang, namun pada akhirnya juga dinikmati oleh masyarakat sekitar.

Grasberg Block Cave adalah bukti bahwa dari kegelapan, dengan kerja keras dan teknologi, bisa lahir sebuah cahaya. Bukan hanya cahaya dari emas yang berkilau, tetapi juga cahaya harapan bagi masa depan. Namun, Grasberg bukan hanya tentang penemuan dan eksploitasi, melainkan juga tentang evolusi teknologi, komitmen terhadap industri dalam negeri, dan yang terpenting, tentang risiko-risiko dan pengorbanan yang tak bisa diabaikan. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Supardi


No More Posts Available.

No more pages to load.