Dari Keterpurukan ke Sukses Internasional, Perjalanan Nur Hidayat dengan Telur Asin Inovatif khas Sidoarjo

oleh -745 Dilihat
IMG 20250402 WA0010
Proses pembuatan telur asin khas Sidoarjo dibawah suhu 41 derajat Celsius. (Yudha)

KabarBaik.co – Di sebuah sudut Kampung Bebek, Dusun Kebonsari, Kecamatan Candi, Sidoarjo, Nur Hidayat, 53, tengah sibuk memilah telur-telur bebek yang baru saja dipanen. Ia memastikan setiap butirnya dalam kondisi prima sebelum diolah menjadi telur asin. Senyum puas terpancar di wajahnya, mengingat perjalanan panjang yang telah ia tempuh dalam merintis usaha ini.

Sejak tahun 1995, Nur Hidayat telah berkecimpung dalam bisnis telur asin. Namun, kala itu usahanya berjalan tersendat. Produk yang ia hasilkan kurang diminati pasar karena tidak ada yang membedakannya dari telur asin lain yang beredar.

“Saya sempat hampir menyerah. Penjualan terus menurun, bahkan saya sempat mengalami kerugian besar,” kenangnya. “Saya sadar, kalau tidak ada inovasi, usaha ini tidak akan bertahan.”

Perubahan besar terjadi ketika ia bergabung dengan Kelompok Peternak Sumber Pangan Kampung Bebek. Dari sini, muncul ide untuk menghadirkan telur asin dengan cita rasa berbeda. Setelah melewati berbagai percobaan, ia akhirnya meluncurkan empat varian baru di bawah merek T-GAN (Telur Asin Selera Juragan).

“Saya menciptakan telur asin original presto, oven, goreng, dan asap. Keempat varian ini memberikan sensasi rasa yang berbeda dan membuat konsumen penasaran untuk mencoba,” ujarnya.

Dengan inovasi ini, usahanya perlahan bangkit. Para pelanggan mulai berdatangan, tidak hanya dari Sidoarjo, tetapi juga dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, permintaan terus meningkat hingga mencapai 1.800 butir per hari, jauh melampaui produksi harian bebek miliknya yang hanya mampu menghasilkan 600 butir.

“Alhamdulillah, saya dibantu oleh 15 peternak plasma binaan untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat,” katanya.

Keberhasilannya tidak berhenti di tingkat nasional. Produk telur asin empat variannya kini telah merambah pasar internasional. Pesanan datang dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Belanda, Jepang, dan Hong Kong.

“Awalnya saya tidak menyangka bisa tembus ke luar negeri. Tapi ternyata banyak pelanggan yang menjadikan telur asin ini sebagai oleh-oleh khas Indonesia,” ungkapnya bangga.

Untuk menjaga kualitas, Nur Hidayat menerapkan standar ketat dalam proses produksinya. Ia memastikan setiap telur dipilih dengan cermat, dicuci bersih, dan diolah secara higienis. Produk ini juga telah mendapat sertifikasi dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dan sertifikat halal resmi.

Salah satu keunggulan telur asin empat variannya adalah daya tahannya yang lebih lama dibandingkan telur asin biasa. “Jika disimpan pada suhu normal, bisa bertahan hingga satu bulan, sedangkan telur asin biasa hanya sekitar satu minggu,” jelasnya.

Dengan harga jual berkisar antara Rp 3.500 hingga Rp 4.500 per butir, usahanya kini mampu menghasilkan omzet hingga Rp 60 juta per bulan. Angka yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

“Saya ingin terus berinovasi dan memperluas pasar. Harapan saya, telur asin khas Sidoarjo ini bisa menjadi ikon kuliner yang dikenal di seluruh dunia,” tutup Nur Hidayat. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Yudha
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.