KabarBaik.co – Di tengah semarak peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI, ratusan warga Desa Glatik, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, berbondong-bondong membawa puluhan tumpeng ke panggung utama yang berdekatan dengan kantor balai desa setempat pada Rabu (3/9) siang.
Mereka menggelar tradisi sedekah bumi yang digelar saban tahun. Tradisi ini menjadi wajid syukur warga atas rezeki hasil bumi yang melimpah sekaligus momentum mempererat persaudaraan.
Kepala Desa Glatik Mohammad Shokhiyan, hadir bersama jajaran perangkat desa dan Camat Ujungpangkah Shofwan Hadi. Acara dimulai dengan sambutan, pembacaan tahlil, doa bersama, hingga ditutup dengan pembagian tumpeng yang disantap merata oleh seluruh warga.
Kades Shokhiyan dalam sambutannya menekankan pentingnya kebersamaan di tengah situasi nasional yang penuh gejolak. Ia mengingatkan warganya agar berhati-hati menyikapi derasnya arus informasi di media sosial.
“Saat ini ramai demo dengan membakar dan merusak. Itu dampaknya ada yang memanfaatkan untuk mencari kesempatan. Ada yang sampai menjarah rumahnya orang. Insyaallah Gresik aman, tertib. Mari kita jaga Gresik,” katanya.
Tak berhenti di situ, Shokhiyan menyampaikan petuah simbolis yang mengundang perhatian warga yaitu filosofi lima jari. Menurutnya, jempol adalah guru dan kiai, telunjuk melambangkan penguasa, jari tengah sebagai pengaman dan tokoh pemuda, jari manis menggambarkan orang kaya, sementara kelingking merepresentasikan rakyat kecil.
Ia bahkan menantang warga untuk mencoba menyentuhkan telunjuk ke kelingking tanpa bantuan jari lain. Sebagian besar gagal, hanya segelintir yang berhasil dan mendapat hadiah uang darinya.
“Kalau penguasa (telunjuk) dengan rakyat kecil (kelingking) susah bertemu, harus dibantu yang lain. Tapi kalau semua jari disatukan, ia jadi kesatuan yang kokoh dan sulit dipatahkan,” ujar Shokhiyan.
Camat Ujungpangkah Shofwan Hadi menambahkan, tumpeng yang dibawa warga merupakan simbol rasa syukur dengan menyedekahkan hasil panen terbaik. Ia pun mengingatkan masyarakat agar menjaga lingkungan sosial tetap kondusif.
“Kita pantau anak-anak kita, jangan sampai ikut kegiatan negatif yang bisa melanggar hukum. Mari kita jaga kondusif desa kita,” pesannya.
Usai doa bersama, ratusan tumpeng dibagi rata dan disantap bersama. Kepala desa, camat, hingga warga duduk berbaur, menandai bahwa di Desa Glatik, syukur bukan sekadar doa, melainkan juga solidaritas yang dirayakan dalam kebersamaan.(*)


 
													




