Diduga Malapraktik, Pasien Meninggal Usai Operasi Amandel di Sidoarjo

oleh -1533 Dilihat
IMG 20240927 WA0020
Keluarga korban tunjukkan surat keterangan kematian dari Rumah Sakit. (Yudha)

KabarBaik.co – Kematian R Bhagas Priyo, 28 tahun, warga Sepande, Sidoarjo, Sabtu (21/9), memicu duka mendalam bagi keluarga. Bhagas yang sedianya menjalani operasi amandel di sebuah rumah sakit swasta di Sidoarjo justru kehilangan nyawa usai menjalani tindakan medis tersebut. Keluarga korban menduga, kematian Bhagas disebabkan kelalaian medis yang tidak dipenuhi atau malapraktik.

KR, adik korban, menceritakan bagaimana kakaknya sehat-sehat saja sebelum operasi.

“Sepuluh hari sebelum operasi, kami melakukan cek medis di rumah sakit yang sama. Hasilnya, dokter hanya menyebut ada amandel, tidak ada penyakit lain,” ujar KR saat ditemui di rumah duka, Jumat (27/9).

Namun, apa yang terjadi di hari operasi membuat keluarga terguncang. KR menuturkan, setibanya di rumah sakit pada Jumat malam (20/9), kakaknya tidak mendapatkan pemeriksaan apapun.

“Dokter tidak melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum operasi, padahal kami sudah mengira akan ada pemeriksaan ulang, tapi tidak ada sama sekali,” ungkap KR.

Tak hanya itu, jadwal operasi yang semula ditetapkan pada pukul 08.00 WIB, Sabtu pagi (21/9), tiba-tiba ditunda hingga pukul 12.00 WIB. Pihak rumah sakit pun juga memberikan makanan untuk Bhagas, meski dia hendak menjalani tindakan operasi kurang dari 4 jam setelahnya.

Yang lebih mengejutkan, sebelum masuk ke ruang operasi pada pukul 11.30 WIB, dokter tidak melakukan pemeriksaan apapun.

“Dokternya bilang ini hanya operasi ringan. Kami pun jadi tenang, tidak menyangka apa-apa,” tuturnya.

Namun, ketenangan itu berubah menjadi mimpi buruk bagi keluarga. Sekitar tiga jam kemudian, keluarga mendapat kabar yang sangat mengejutkan dari dokter anestesi.

“Mereka bilang kakak saya meninggal. Kami syok, tidak ada yang menyangka operasi amandel bisa berakhir dengan kematian,” ujar KR dengan suara bergetar.

KR juga menyoroti kelalaian rumah sakit dalam mengikuti prosedur penting lainnya. Ia menyebut tidak ada surat persetujuan keluarga yang biasanya menjadi syarat operasi.

“Kakak saya bahkan tidak dianjurkan untuk puasa sebelum operasi. Semua serba cepat, begitu dokter datang langsung dibawa ke ruang operasi,” katanya.

Setelah dinyatakan meninggal, dokter memberi tahu keluarga bahwa Bhagas meninggal akibat serangan jantung. Namun, kecurigaan semakin bertambah ketika dokter juga menyebut ada flek hitam di paru-paru korban yang diduga akibat kebiasaan merokok.

“Tapi kakak saya tidak pernah merokok. Ketika saya sampaikan itu, dokter justru bilang mungkin karena tubuhnya gemuk,” ucap KR bingung.

Hingga saat ini, keluarga masih belum mendapatkan penjelasan yang pasti mengenai penyebab kematian Bhagas.

“Kami tidak tahu apa penyebabnya, karena dokter yang melakukan tindakan tidak pernah memberikan penjelasan,” pungkas KR.

Keluarga korban kini mempertimbangkan untuk melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwenang agar penyelidikan lebih lanjut bisa dilakukan. Mereka berharap kematian Bhagas tidak sia-sia dan ada keadilan atas apa yang telah terjadi. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Yudha
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.