Dikepung Debu Kebocoran Coolbox PT Linde, Warga Roomo Gresik Was-was Bahayakan Kesehatan

oleh -227 Dilihat
cb9058b2 d87a 4664 9671 73207b1305a3
Warga beraktivitas menggunakan masker usai hujan debu akibat kebocoran coolbox PT Linde Indonesia di Desa Roomo, Kecamatan Manyar, Gresik. (Foto: Muhammad Wildan Zaky)

KabarBaik.co — Hujan debu putih menyelimuti Desa Roomo, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Selasa malam (29/7), usai terjadi kebocoran di fasilitas milik PT Linde Indonesia. Warga dihantui was-was bahaya kesehatan akibat peristiwa tersebut.

Partikel halus yang menurut informasi dari pihak Pemerintah Desa (Pemdes) Roomo bernama perlite itu beterbangan hingga masuk ke rumah-rumah warga. Empat orang dilaporkan mengalami gangguan kesehatan, namun pihak perusahaan kepada warga mengklaim material itu tidak membahayakan.

Sekretaris Desa Roomo Achmad Zainul, menuturkan bahwa peristiwa bermula saat warga melapor ke balai desa sekitar pukul 19.45 WIB.

“Yang tau itu masyarakat. Sekitar pukul 19.45 WIB. Dan ada warga yang datang ke balai desa untuk menyampaikan bahwa ada debu yang ke rumah warga. Ke rumah warga ini sampai masuk rumah,” ujar Zainul saat ditemui Rabu (30/7).

Malam itu, warga bersama linmas langsung mendatangi kawasan industri tempat berbagai perusahaan beroperasi, termasuk PT Linde. Setelah dicek, sumber partikel ditemukan berasal dari fasilitas milik perusahaan multinasional tersebut.

“Dan di situ ketahuan bahwa yang menjadi sumber adalah PT Linde, terjadi kebocoran di PT Linde. Wilayah yang terdampak dari RW 1 sampai RW 2. Bahkan masuk di balai desa. Materialnya perlite,” jelasnya.

Dua kali mediasi digelar: pertama di lokasi kejadian, kemudian dilanjutkan di balai desa. Perwakilan perusahaan tetap bersikukuh bahwa material tersebut aman.

“Sebelum mediasi di balai desa sempat ada mediasi di lokasi. Dan di situ perusahaan bersikukuh bahwa material tersebut tidak berbahaya. Lalu setelahnya, pihak perusahaan berhasil kami bawa ke balai desa untuk mediasi. Dan tetap berjalan kondusif, ada dari pihak polsek juga,” ujar Zainul.

Pantauan di lokasi, hingga Rabu siang, partikel debu masih terlihat mengendap di sela-sela paving jalan, atap rumah, dan pepohonan. Suasana desa menyerupai wilayah yang terkena abu vulkanik usai erupsi. Beberapa partikel bahkan masih tampak beterbangan, sementara warga beraktivitas dengan atau tanpa masker. Matapun terasa perih.

“Tadi malam mediasi kita bikin surat perjanjian. Di situ PT Linde mengakui bahwa sumbernya berasal dari sana. Partikelnya namanya perlite. Dan masyarakat minta kompensasi atas kejadian tersebut. Dan minta tanggung jawab sosial lingkungannya PT Linde ke desa. Karena selama ini tidak pernah. Mulai dari BOC sampai ganti PT Linde nggak pernah ada tanggung jawab sosial lingkungannya. Bina lingkungan saja tidak ada. Biasanya cuma ngasih kambing loro cilik saat kurban. Wedos gondel, loro cilik,” kata Zainul.

Masyarakat masih mempertanyakan kandungan kimia dalam partikel tersebut dan potensi bahayanya bagi kesehatan.

“Tapi kalau namanya partikel itu benda yang terlihat dan tidak habis oleh udara. Itu kalau semisal terhisap di pernapasan bagaimana? Terus kandungan kimianya? Kan belum tau,” imbuhnya.

Keluhan dari warga beragam. Mulai dari mata perih, gatal di kulit, hingga sesak napas.

“Yang dikeluhkan masyarakat itu antara lain mata perih, kalau kulitnya tidak resistan bisa gatal dan ada yang sesak nafas. Yang namanya bahan kimia kalau terkena langsung oleh tubuh manusia kan bahaya. Dan pihak perusahaan bilang partikel tersebut tidak berbahaya,” tegasnya.

PT Linde diketahui juga telah melakukan inisiatif pembersihan. Namun ia menekankan bahwa pembersihan haruslah dilakukan dengan cara yang tepat.

“Saya pantau tadi, waktu disiram air itu tidak larut, tapi muru. Nah itukan penanganan dari PT Linde bagaimana? Apakah disapu, divakum atau disemprot air. Jangan sampai melakukan pembersihan, tapi menimbulkan efek baru,” jelas Zainul.

“Tadi saya lihat masih pakai alat tradisional. Pakai sapu lidi biasa. Seharusnya kan dia pakai mesin vakum. Itu yang jatuh di tanah. Terus yang ada di tembok-tembok, di atap-atap rumah warga, pohon, genting, itu kan gak mungkin dinaikin satu-satu terus disapu. Lalu ketika di spray water, air yang turun itu berbahaya nggak?” tambahnya.

Warga juga mulai merasakan dampak langsung secara fisik. Empat orang bahkan harus mendapat penanganan medis.

“Semalem ada 4 orang di bawa rumah sakit yang dikeluhkan tiga itu tadi ada yang sesak nafas, ada mata perih, ada yang kulit gatal,” katanya.

Zainul menegaskan, warga berharap ada itikad baik dari perusahaan. Bukan hanya dalam bentuk klarifikasi, tapi juga komitmen jangka panjang untuk menjaga lingkungan.

“Yang kami harapkan kedepan ada hubungan baik yang tercipta. Kalau gk bisa berhubungan baik ya gimana tindakan masyarakat. Karena kita tidak bisa prediksi tindakan masyarakat. Masyarakat juga mengingkan tanggungjawab. Selama ini kemana, jangan hanya ngasih saat terjadi seperti ini,” pungkasnya.

Seorang warga RT 5 yang enggan menyebutkan namanya, juga mengaku rumahnya kemasukan debu.

“Debu-debu partikel tersebut masuk rumah. Efeknya mata perih, kulit gatal dan ada yang sesak nafas. Semalam jalan ini banyak partikel debunya. Dan sekarang saya bersihkan dengan cara disapu karena kalau disiram itu kan timbul, ngambang. Nggak hilang kalau disiram saja. Yang utama sih perih mata,” terang seorang warga yang enggan disebutkan namanya.(*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Muhammad Wildan Zaky
Editor: Andika DP


No More Posts Available.

No more pages to load.