KabarBaik.co – Peringatan Hari Lahir Bung Karno tahun ini diwarnai dengan temuan menarik dari diskusi kebangsaan yang digelar di Situs Persada Soekarno, Ndalem Pojok, Kediri, pekan kemarin.
Dalam forum tersebut, para narasumber menyepakati satu kesimpulan penting bahwa Ir. Soekarno lahir pada 6 Juni 1902 di Ploso, Jombang, Jawa Timur.
Diskusi ini menjadi bagian akhir dari rangkaian acara tasyakkuran yang diisi doa lintas agama, santunan anak yatim, serta selamatan.
Ari Hakim, selaku moderator menyebutkan bahwa meski isu tempat kelahiran Bung Karno sempat menimbulkan perdebatan di masa lalu, kali ini para peserta diskusi tampak bulat.
“Di akhir sesi, kami sepakat membacakan hasilnya: Bung Karno lahir 6 Juni 1902 di Ploso, Jombang,” ujar Ari.
Diskusi menghadirkan empat narasumber dari berbagai latar belakang, yakni Dian Sukarno (penulis buku Trilogi Spiritualitas Bung Karno), Arif Yulianto (Tim Ahli Cagar Budaya Jombang), Ki Wisnu Ardianto (keluarga Bung Karno dari Blitar), dan Binhad Nurokhmad (inisiator Titik Nol Soekarno).
Masing-masing membawakan data riset dan dokumen yang memperkuat narasi kelahiran Bung Karno di Ploso. Salah satunya adalah dokumen tulisan tangan Ayah Bung Karno yang mencantumkan tanggal lahir 6 Juni 1902.
Selain itu, ditunjukkan pula foto-foto tokoh lokal yang disebut menyambut kelahiran hingga mengubur ari-ari Bung Karno.
“Penelusuran saya dari Kediri, Surabaya, Mojokerto sampai Bali, semua menguatkan titik kelahiran di Ploso,” kata Dian Sukarno.
Sementara Ki Wisnu menyatakan bahwa kabar tersebut sudah ia dengar sejak era 1980-an, meski selama ini belum pernah dikaji secara terbuka dan menyeluruh.
Menanggapi pertanyaan peserta terkait pandangan keluarga Bung Karno, Binhad menyebut telah berkomunikasi langsung dengan Guruh Soekarnoputra selaku Ketua Yayasan Bung Karno. Hasilnya, pihak keluarga memilih bersikap status quo—tidak mengafirmasi, namun juga tidak menolak.
Tak hanya itu, hasil kajian juga sudah sampai ke telinga sejarawan nasional Prof. Anhar Gonggong. Menurut Ketua Harian Situs Persada Soekarno, Kushartono, Prof. Anhar sempat meninjau langsung rumah kelahiran di Ploso dan menyatakan kajian tersebut layak untuk dijadikan acuan.
“Kalau landasan akademiknya kuat, maka penetapan bisa dilakukan,” ujar Kushartono mengutip Prof. Anhar.
Diskusi bertajuk Meninjau Ulang Tempat dan Tahun Kelahiran Bung Karno berlangsung hingga larut malam. Menjelang penutupan, para peserta dan narasumber menggelar sesi foto bersama sambil meneriakkan yel-yel:
“Titik Nol Soekarno!” disambut lantang oleh peserta: “Ploso! Ploso! Ploso!”
Langkah ini disebut sebagai pembuka jalan menuju penguatan sejarah lokal berbasis data dan kesaksian lapangan. Sebuah momentum baru yang bisa memperkaya narasi sejarah nasional dari sudut pandang daerah.(*)







