KabarBaik.co – Anggota Komisi VI DPR RI, Rieke Diah Pitaloka melakukan kunjungan kerja ke Pabrik Gula (PG) Gempolkrep, salah satu unit usaha PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Kunjungan ini menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam mewujudkan kemandirian industri gula dan energi berbasis tebu nasional.
Dalam kunjungan tersebut, Rieke mengapresiasi langkah cepat pemerintah dalam menyelesaikan persoalan penyerapan gula petani yang sempat menumpuk hingga sekitar 100 ribu ton. Ia menjelaskan, masalah tersebut kini telah diatasi melalui koordinasi lintas kementerian dan dukungan langsung dari Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.
“Kemarin itu ada petani yang gulanya belum terserap sekitar 100 ribu ton. Terima kasih kepada Presiden Prabowo yang merespons cepat, serta dukungan dari pimpinan Komisi IV DPR RI, Ibu Titiek Soeharto. Lewat koordinasi lintas kementerian, akhirnya keluar anggaran sekitar Rp 1,5 triliun dari kas negara untuk membantu penyerapan gula petani,” ujar Rieke dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/11).
Anggaran tersebut, lanjutnya, digunakan untuk menugaskan dua BUMN pangan — PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) — guna membeli gula petani yang sebelumnya belum terserap pasar.
Selain itu, Rieke juga mengapresiasi kebijakan pemerintah yang menghapus Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 sebesar 1,5 persen atas penjualan gula petani. Menurutnya, langkah ini menjadi bentuk keberpihakan nyata terhadap pelaku usaha tebu lokal.
“Terima kasih juga kepada Kang Purbaya yang telah memperjuangkan penghapusan PPh Pasal 22. Kebijakan ini meningkatkan daya saing petani dan memperkuat industri gula nasional,” tambahnya.
Tak hanya menyoroti sektor hilir, Rieke juga menekankan pentingnya pengembangan produk turunan tebu, terutama molases (tetes tebu) yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Molases, kata Rieke, memiliki nilai ekonomi tinggi karena bisa diolah menjadi bahan baku industri makanan, farmasi, kosmetik, hingga energi baru terbarukan (bioetanol).
“Selama ini kita hanya mengenal tebu sebagai bahan gula, padahal dari molases kita bisa menghasilkan etanol. Ini peluang besar menuju kemandirian energi berbasis tebu. Apalagi, pada 2027 Indonesia akan memasuki program E10, campuran 10 persen etanol dalam bahan bakar,” jelasnya.
Rieke mengajak seluruh pihak, mulai dari petani, industri, hingga BUMN, untuk bersatu mendukung transformasi sektor gula nasional. “Perjuangan kita bukan hanya untuk swasembada gula, tapi juga untuk Save Molases Nasional. Mari bersama mendukung langkah Presiden Prabowo dalam memperkuat keberlanjutan industri gula Indonesia,” pungkasnya.
PG Gempolkrep merupakan salah satu pabrik strategis milik SGN yang berperan penting dalam rantai pasok gula nasional. Melalui program transformasi dan modernisasi produksi, pabrik ini terus meningkatkan efisiensi, kualitas rendemen, dan kemitraan dengan petani tebu di wilayah Jawa Timur.
Kunjungan kerja tersebut menegaskan komitmen DPR RI bersama pemerintah dan BUMN pangan untuk memperkuat ekosistem industri gula nasional — tidak hanya menuju swasembada, tetapi juga membuka jalan bagi kemandirian energi terbarukan dari tebu sebagai bagian dari kedaulatan pangan dan energi Indonesia.







