KabarBaik.co – Langit sore di Dusun Pecantingan, Kelurahan Sekardangan, tampak murung. Awan kelabu seolah ikut berduka saat sebuah ambulans berhenti perlahan di depan sebuah rumah sederhana. Di dalamnya, terbujur kaku tubuh Sevi Ayu Claudia, 30 tahun, driver ojek online yang ditemukan tewas secara tragis sehari sebelumnya di Gresik.
Tangis pecah. Sumaiyah, 55 tahun, ibunda Sevi, langsung memeluk peti jenazah begitu dibuka. Suaranya bergetar memanggil-manggil nama sang anak. “Sevi… Sevi…” isaknya lirih seolah berharap putrinya bisa menjawab. Tapi Sevi telah diam. Pulang hanya membawa duka.
Sabtu (26/7) sore, Sevi pamit keluar rumah sekitar pukul 15.30 WIB. Tidak seperti biasanya, kali ini ia tak berpamitan dengan jelas. Hanya mengenakan pakaian santai dan pergi begitu saja. Ibunya merasa aneh, tapi tak menyangka itu akan menjadi perjumpaan terakhir.
“Biasanya jam setengah 10 malam sudah pulang. Tapi malam itu saya tunggu-tunggu tak ada kabar. Telepon tidak diangkat, pesan tak dibalas,” cerita Sumaiyah sambil mengusap air matanya.
Semalaman ia tidak tidur. Ada firasat buruk. Adik Sevi pun sempat mengungkapkan kekhawatiran beberapa hari sebelumnya saat Sevi mengunggah status media sosial yang terasa janggal. Namun semua firasat itu terlambat untuk dimengerti.
Minggu pagi, tubuh Sevi ditemukan. Terbungkus plastik dan kardus dibuang di pinggir Jalan Raya Banyuurip, Kecamatan Kedamean, Gresik. Penemuan itu membuat geger warga setempat. Dalam waktu singkat, identitas korban diketahui. Kabar duka pun sampai ke Sekardangan.
Ketika jenazah tiba di rumah, suasana berubah hening dan berat. Warga berdatangan, driver-driver ojol yang biasa mengenal Sevi pun hadir memberikan penghormatan terakhir. Sevi bukan hanya sosok pekerja keras, tapi juga dikenal sebagai sosok ceria yang hangat terhadap siapa saja.
“Mbak Sevi itu humble, baik, dan sangat ramah. Kami semua kehilangan,” ujar Samuel Grandy, Koordinator Asosiasi Driver Online Jawa Timur.
Usai disalatkan di Masjid Al-Badar, jenazah Sevi diiringi ke tempat peristirahatan terakhir di TPU Dusun Pecantingan. Sepanjang perjalanan, suara tangis dan doa menyertai langkah-langkah yang berat dari keluarga dan sahabat.
Sumaiyah tak henti memohon keadilan. “Saya tidak ingin uang. Saya hanya ingin pelakunya dihukum seberat-beratnya. Anak saya tidak bisa kembali lagi,” katanya menggenggam erat foto Sevi yang dibawanya.
Pihak kepolisian masih menyelidiki kasus ini. Jejak-jejak pelaku mulai dikumpulkan. Keluarga berharap keadilan ditegakkan dan pelaku pembunuhan Sevi segera ditangkap.
Sementara itu, di rumah duka, foto Sevi masih terpajang dengan senyum manisnya. Senyum manis itu kini tinggal kenangan bagi keluarga, sahabat, dan seluruh rekan ojol di Sidoarjo.(*)