KabarBaik.co – Dunia pendidikan Kota Batu tengah menghadapi ancaman serius. Lonjakan pensiun guru di jenjang SD dan SMP negeri tidak diimbangi dengan penambahan formasi ASN baru, sehingga kekosongan tenaga pendidik berpotensi semakin melebar sepanjang 2025.
Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Batu M. Chori mengungkapkan bahwa sebanyak 52 guru akan pensiun tahun depan. Jumlah itu menambah jumlah guru yang purna tugas pada 2024 lalu sebanyak 49 orang. Padahal, saat ini Kota Batu kekurangan guru sebanyak 63 orang, yang terdiri dari 47 guru SMP dan 16 guru SD.
“Lonjakan pensiun inilah penyumbang terbesar kekosongan guru. Tahun depan yang pensiun sudah terdata 17 orang, dan tren ini terus naik,” tegas Chori, Sabtu (29/11). Dengan kondisi tersebut, Kota Batu memasuki fase penambahan formasi ASN yang tidak mampu mengejar kecepatan jumlah guru yang pensiun.
Untuk mengisi kekosongan, Dindik Kota Batu menerapkan skema merangkap mengajar lintas sekolah. Guru yang belum memenuhi standar beban 24 jam mengajar ditugaskan ke sekolah lain yang kekurangan tenaga pengajar.
Namun, di lapangan kebijakan ini membuat sejumlah guru harus berpindah dari satu sekolah ke sekolah lain dalam satu pekan. Kondisi ini paling terasa di sekolah kecil seperti SMPN Satap Gunungsari 04 dan SMPN Pesanggrahan 2.
SMPN 7 Batu, yang tergolong sekolah baru, sepenuhnya bergantung pada penarikan guru dari sekolah lain untuk menutup kekosongan mata pelajaran. “Kami memaksimalkan guru yang ada karena aturan masih memungkinkan satu guru mengajar hingga 37 jam,” jelas Chori.
Meski efektif untuk jangka pendek, cara ini dikhawatirkan mengorbankan kualitas pembelajaran, karena sebagian guru harus menangani beban mengajar jauh di atas rata-rata. Jenjang SD juga menghadapi masalah serupa. Kekurangan 16 guru SD terutama dipicu oleh guru kelas yang merangkap sebagai kepala sekolah dan memasuki masa purna tugas.
“Tahun ini SD mencatat 34 guru pensiun, dan tahun depan naik menjadi 35. Begitu kepala sekolah pensiun, guru kelas langsung kosong. Selain itu beberapa guru berpotensi meninggalkan kelas jika lolos seleksi calon kepala sekolah,” tandas Chori.
Dengan situasi ini, kekosongan guru tidak hanya terjadi karena pensiun massal, tetapi juga karena rotasi jabatan yang menarik guru kelas ke posisi kepala sekolah.
Meski Dindik Kota Batu masih terus memperjuangkan penambahan formasi ASN, namun diperkirakan krisis kekurangan guru akan tetap berlangsung dalam beberapa tahun ke depan jika tidak ada kebijakan khusus dari pemerintah pusat. (*)






