Hadiri Haul Akbar Mbah Sona, Sabrang Cak Nun: Indonesia sedang Kesusahan karena Orang Lain

oleh -357 Dilihat
SABRANG CAK NUN
Sabrang Mowo Damar Panuluh atau Sabrang Letto

KabarBaik.co- Sabrang Mowo Damar Panuluh atau Sabrang Letto menyebut, Indonesia sedang mengalami kesusahan karena orang lain. Hal itu disampaikan ketika putra Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) itu hadir bersama Kiai Kanjeng di Haul Akbar Mbah Buyut Sona, di Kabuh, Kabupaten Jombang, Sabtu (1/2) malam.

‘’Susahnya setengah mati. Nggah mudah rupiah 16 ribu itu. Mungkin Anda tidak tiap hari berurusan dengan Dolar. Tapi, ekonomi dunia membuat rupiah lemah, itu harga-harga menjadi mahal, semua susah makan, itu hanya karena keputusan-keputusan yang tidak tepat oleh para pemimpin,’’ ungkap Sabrang seperti dikutip dari kanal YouTube CakNun.com.

Nah, Sabrang memberikan contoh masih tinggnya kurs Dolar yang berdampak banyak orang susah itu karena kesalahan-kesalahan kebijakan pemimpin. ‘’Saya nggak nyebut satu-dua ya. Semua yang punya kapasitas, dan punya tanggung jawab untuk memutuskan ini harus bener-bener memikirkan negara,’’ tegasnya.

Kalau isinya orang bodoh maka negara akan semakin hancur. Orang bodoh yang dimaksud Sabrang, tindakan pemimpin yang membawa keburukan terhadap dirinya sendiri dan buruk untuk orang lain.

’’Orang itu, kalau menjadi pemimpin nomor satu harus memikirkan orang lain. Itu saja gagal. Kalau itu gagal, maka gagal menjadi pemimpin. Minimal pemimpin itu naif. Baik untuk orang lain, buruk untuk dirinya. Wis iku minimal,’’ jelasnya.

Yang dicari, lanjut dia, adalah pemimpin yang pintar. Yakni, membawa kebaikan atau kemanfaatan untuk orang lain. Orang lainnya senegara karena menjadi pemimpin. ‘’Saya tidak ngomong itu Presiden, yo DPR, gubernur, camat, dan seterusnya, yang kamu punya tanggung jawab pada orang banyak,’’ kata Sabrang.

Sebagai pemimpin mesti berhati-hati. Sebab, pemimpin mempunyai kuasa terhadap orang banyak. Satu kalimat, satu keputusan, satu tanda tangan, berhubungan dengan 271 juta manusia di Indonesia. ’’Mari kita hati-hati menjadi manusia dan memanfaatkan semua yang kita alami dalam hidup untuk menjadi berkah,’’ paparnya.

Dia menambahkan, tidak terhitung kenikmatan yang dialami oleh manusia. Namun, kerapkali tidak merasakan kenikmatan itu karena mudah mendapatkannya. Sabrang mencontohkan, barang paling berharga di dunia ini semuanya gratis. Tidak ada satu pun yang bayar. ’’Waktu, ada nggak yang membeli waktu. Kemudian udara, ada yang bayar nggak? Sekarang belum. Mudah-mudahan tidak. Mugo-mugo ambekan ora mbayar. Wong laut ae dikapling (semoga bernafas tidak bayar. Laut saja dikapiling, Red). Langit suwe-suwe engko ya dikapling. Yang penting mari kita jaga,’’ seloroh Sabrang.

Sejatinya, Indonesia itu luar biasa. Undang-undang sudah menyebut bahwa tanah, air, semua untuk kemakmuran rakyat. Ini mennjukkanv sebuah visi luar biasa. Semua untuk kepentingan orang banyak itu seharusnya gratis. Misalnya, ada air di kampung tertentu, kemudian kedatangan sebuah perusahaan, lalu orang kampung tidak bisa mengambil airnya, maka zalim negara itu. ‘’Sebab, air adalah milik rakyat, diberikan oleh Tuhan, udara milik rakyat diberi sama Tuhan,’’ ujar Sabrang.

Dalam konteks ini, kata Sabrang, pihaknya tidak menyalahkan siapa pun. Dia menegaskan, Jamaah Maiyah ditumbuhkan sama Si Mbah Nun untuk menemani manusia dan mencintai Indonesia. ’’Mencintai anak-anak itu kadang-kadang ngritik nggak? Memarahi nggak? Kalau anaknya bandel, ya terkadang dijunduh ndase, biar belajar. Dihukum sedikit agar dia belajar. Karena yang lebih penting adalah masa depan anak,’’ katanya.

Nah, Maiyah dalam posisi ingin sekali Indonesia itu makmur. Semua bisa makan, semua bahagia, menjadi dirinya sendiri. Karena itu, kadang-kadang harus menyenggol perusahaan, menyenggol negara, menyenggol pemimpin, menyenggol pemimpin agama. ’’Tidak ada urusannya dengan benci. Urusannya atas cita-cita agar Indonesia menjadi makmur bersama,’’ pungkasnya.

Sebelumnya, Sabrang juga mengupas permasalahan yang terjadi karena diri sendiri, dan masalah karena alam. Namun, dari semua masalah, selalu ada hikmah. Berkah. Pembuka jalan atau pintu ilmu. Masalah selalu ada agar menjadi pribadi-pribadi yang tangguh atau kuat. “Jadi, nggak perlu misuhi masalah. Masalah itu untuk dihadapi,” ucapnya.

Sementara itu, acara Sinau Bareng Kiai Kanjeng dan Sabrang di Haul Akbar Mbah Buyut Sona itu dipadati jamaah. Tidak beda jauh dengan saat Sinau atau Ngaji Bareng Kiai Kanjeng yang dulu biasa dihadiri Cak Nun.

Untuk diktehui, makam Mbah Sona merupakan salah satu lokasi religi di Kabupaten Jombang. Setiap hari, banyak dikunjungi warga untuk berziarah. Lokasnya berada di Desa Karangpakis, Kecamatan Kabuh, Jombang. Dulu, kawasan itu masih penuh dengan hutan. Lokasi makam sendiri berada di lokasi tertinggi. Namun, belakangan dibangun atas biaya mandiri.

Semasa hidup, Mbah Sona disebut-sebut sebagai orang yang memiliki keramat atau karamah. Konon, ia berasal dari Kerajaan Champa, Nama aslinya Sonan. Namun, karena masyarakat sekitar dulu mayoritas dari Madura sehingga pelafalannya berubah menjadi Sona. Sumber lain menyebut, Mbah Sona merupakan ‘’bendahara’’ atau teman dekat dari Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim. (*)

 

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News



No More Posts Available.

No more pages to load.