KabarBaik.co – Muhammad Agil Akbar, Komisioner Bawaslu Surabaya menjalani sidang etik di Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur pada Kamis (10/10). Agil diadukan oleh seorang wanita berinisial PS yang menuduhnya melakukan perselingkuhan, pornografi, serta ketidaknetralan dalam penyelenggaraan pemilu.
Seusai menjalani sidang, Agil membantah keras semua tuduhan tersebut. Ia menyatakan tuduhan tersebut tidak berdasar dan telah terbantahkan di persidangan. “Saya sudah menyampaikan kepada majelis DKPP, bahwa tuduhan terkait pelecehan seksual, kekerasan seksual, ketidaknetralan, dan lainnya itu tidak benar,” ujar Agil.
Agil menjelaskan bahwa PS menuduh dirinya melakukan kekerasan seksual, tetapi ia merasa aneh dengan tuduhan tersebut karena PS masih berkomunikasi dengannya setelah kejadian yang diklaim sebagai pelecehan. “Jika benar ada kekerasan seksual, seharusnya korban tidak akan berani berhubungan lagi. Tapi faktanya, dia masih meminta fasilitas kamar,” tegas Agil.
Agil menyebut bahwa kejadian yang diklaim sebagai kekerasan seksual terjadi pada Oktober hingga November, namun pada bulan Desember, PS masih berhubungan dengannya untuk meminjam kamar. Hal ini, menurutnya, menjadi bukti kuat bahwa tuduhan tersebut tidak masuk akal. “Pada bulan Desember, dia masih meminta kamar. Ini jelas-jelas bertentangan dengan logika seorang korban kekerasan,” lanjutnya.
Untuk memperkuat pembelaannya, Agil mengatakan bahwa ia telah melaporkan kejadian ini ke Polrestabes Surabaya dan membawa bukti-bukti kuat, termasuk percakapan dengan PS yang menunjukkan komunikasi mereka pascakejadian. “Bukti percakapan ada, saya sudah serahkan ke Polrestabes,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, Agil juga mengaku memiliki sejumlah video yang akan ia serahkan sebagai bukti pendukung lainnya. “Ada banyak video yang juga akan saya gunakan sebagai bukti untuk membantah semua tuduhan,” ujarnya dengan percaya diri.
Agil menuding bahwa PS berusaha memanfaatkan isu pelecehan seksual untuk menjatuhkan dirinya secara pribadi dan profesional. “Sepertinya PS mencoba membingkai tuduhan pelecehan seksual untuk membuat saya terlihat buruk di mata publik,” tudingnya.
Selain menyangkal tuduhan kekerasan seksual, Agil juga menyesalkan pemberitaan di media yang menurutnya tidak memberikan kesempatan baginya untuk memberikan klarifikasi. Menurutnya, media lebih banyak memberitakan tuduhan tanpa menggali fakta dari pihaknya. “Jadi tidak imbang, tapi ya sudahlah mau bagaimana lagi,” keluhnya.
Di sisi lain, PS membantah bahwa tuduhannya terhadap Agil terkait pelecehan seksual. Menurutnya, aduan yang dia ajukan ke DKPP lebih menekankan pada perselingkuhan, pornografi, dan ketidaknetralan dalam penyelenggaraan pemilu. “Saya tidak pernah melaporkan pelecehan seksual. Yang saya adukan adalah soal perselingkuhan, pornografi, dan ketidaknetralan,” tegas PS.
PS menjelaskan bahwa Agil, saat mendekati dirinya, mengaku sudah bercerai dengan istrinya, sehingga ia merasa bisa menjalin hubungan yang lebih serius. “Di awal komunikasi, dia selalu bilang sudah bercerai dengan istrinya. Karena itu saya menerima niat baiknya untuk menjalin hubungan,” ungkap PS.
Namun, PS merasa janggal ketika Agil mendatangi rumahnya bersama istri dan kuasa hukum, menuduhnya melakukan pemerasan. Langkah ini yang membuat PS merasa bahwa harga dirinya diinjak-injak. “Agil datang bersama istri dan tim hukumnya, menuduh saya memeras. Saya merasa martabat saya dilecehkan, maka saya adukan dia ke DKPP,” tambah PS. (*)