IPK Tinggi, Kualitas Dipertanyakan, Menguak Realita di Balik Inflasi Nilai Mahasiswa

oleh -568 Dilihat
IMG 20250708 WA0019 scaled
Prof. Dr. Juliana Anggono, S.T., M.Sc.

KabarBaik.co – Di balik senyum bangga saat mengenakan toga dan deretan nilai nyaris sempurna di transkrip akademik, tersimpan sebuah fenomena yang kini menjadi perbincangan serius di dunia pendidikan tinggi: inflasi IPK (Indeks Prestasi Kumulatif). Angka-angka IPK mahasiswa di Indonesia terus merangkak naik dari tahun ke tahun, menimbulkan pertanyaan: benarkah kualitas lulusan juga ikut meningkat?

Fenomena ini, menurut Prof. Dr. Juliana Anggono, S.T., M.Sc., Wakil Rektor Bidang Akademik Petra Christian University (PCU), mulai mencuat sejak masa pandemi COVID-19. Ia mengibaratkan tren tersebut sebagai dua sisi mata uang.

“Bisa jadi ini mencerminkan peningkatan kemampuan belajar karena adanya digitalisasi. Tapi kita juga harus waspada terhadap kemungkinan inflasi akademik, yaitu nilai yang tinggi namun tidak mencerminkan kompetensi sesungguhnya,” ujar profesor bidang Teknik Mesin itu, Selasa (8/7).

Prof. Juliana menekankan bahwa IPK yang tinggi tidak selalu sejalan dengan kompetensi lulusan. Standar penilaian yang tidak seragam, rubrik asesmen yang longgar, serta minimnya uji kompetensi nyata menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan antara nilai dan kualitas.

“Dunia kerja menuntut lebih dari sekadar angka. Problem solving, kolaborasi, dan kemampuan beradaptasi justru menjadi aspek yang lebih dihargai,” jelasnya.

Ia juga menyoroti tantangan dalam penerapan sistem Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Meskipun konsepnya memberikan ruang pembelajaran di luar kelas seperti magang industri dan riset, implementasinya masih belum ideal. Banyak dosen belum mendapat pelatihan yang cukup untuk merancang pembelajaran dan asesmen yang sesuai, sehingga mutu antar perguruan tinggi pun semakin beragam.

Untuk itu, PCU menerapkan pendekatan Whole Person Education, sebuah konsep pendidikan yang menilai mahasiswa secara holistik, tidak hanya dari aspek akademik.

Selain IPK, mahasiswa juga diwajibkan mengikuti kegiatan pengembangan karakter, spiritualitas, hingga kepemimpinan sosial melalui program Service-Learning dan berbagai aktivitas kemahasiswaan.

“Ada standar minimum Satuan Kredit Kegiatan Kemahasiswaan (SKKK) yang harus dipenuhi sebagai syarat kelulusan. Ini penting untuk menyeimbangkan kemampuan akademik dengan kedewasaan mental, emosional, dan spiritual,” jelas Prof. Juliana.

Senada, Rektor PCU Prof. Dr. Ir. Djwantoro Hardjito, M.Eng., menegaskan komitmen kampusnya untuk mencetak lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga matang secara karakter. Mahasiswa dididik menjadi Global Socioleaders—pemimpin yang berdampak bagi masyarakat, baik secara lokal maupun global.

Di tengah meningkatnya angka IPK nasional, pertanyaan besarnya bukan sekadar bagaimana menjaga angka tetap tinggi. Tantangan sejatinya adalah memastikan setiap digit nilai berdiri di atas fondasi kompetensi yang otentik. Sebab pada akhirnya, dunia kerja tidak membaca transkrip—mereka membaca kualitas nyata.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Dani
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.