KabarBaik.co – Di tengah maraknya kafe kekinian dan tren kuliner modern, satu warisan rasa dari masa lalu masih bertahan yaitu rambut nenek.
Jajanan manis bertekstur lembut ini masih setia dijajakan oleh pasangan sepuh, Mbah Sumadi 90dan Mbah Sukati 77 yang menggantungkan hidup dari resep klasik itu.
Rambut nenek buatan tangan mereka tak sekadar camilan nostalgia. Di balik setiap helainya, ada kisah ketekunan, cinta, dan ketahanan menghadapi zaman.
Sejak tahun 1976, Mbah Sumadi memulai usaha ini dengan berkeliling dari satu sudut Kota Blitar ke sudut lainnya. Namun seiring usia menua, ia memilih mangkal di satu tempat bersama istrinya.
Meski berasal dari Glagah Ombo, Talun, Kabupaten Blitar, mereka rela menempuh jarak cukup jauh ke pusat kota. Ongkos angkutan umum yang mencapai Rp 30 ribu tak selalu tertutup dari hasil jualan. Bahkan, mereka kerap pulang dengan sisa dagangan tak terjual.
Setiap malam, Mbah Sumadi bangun lebih awal dari kebanyakan orang, mulai memproduksi rambut nenek sejak pukul 00.00-03.00 WIB. Dengan modal Rp 200 ribu, mereka hanya berharap cukup untuk membeli beras dan membayar ongkos.
“Ngene iki ora mikir untung e, sing penting iso gawe tuku beras,” kata Mbah Sumadi, Jumat (25/7).
Jajanan ini diwarisi Mbah Sumadi dari kampung halamannya di Babat, Lamongan. Bersama istrinya yang berasal dari Malang, mereka menjadikan rambut nenek sebagai pengisi nostalgia.(*)