Jejak Syiar Islam Laksamana Cheng Ho di Tanah Surabaya

oleh -550 Dilihat
651be920 d950 42f1 b9ea 7f99d42fd7ea
Potongan bagian kapal yang diduga digunakan Laksamana Cheng Ho kala berlabuh di Surabaya. (Foto: Ist)

KabarBaik.co – Kelenteng Mbah Ratu di Jalan Demak, Surabaya, tampak lengang di siang hari. Cahaya matahari menembus sela-sela genting tua, menerangi ruangan utama tempat umat bersembahyang.

Di sudut kelenteng, tersimpan sebuah artefak yang menyimpan misteri, sebuah jangkar tua yang konon berasal dari kapal Laksamana Cheng Ho.

Banyak yang meyakini, jangkar itu adalah peninggalan ekspedisi besar Cheng Ho saat berlayar ke Nusantara. Sejarah mencatat, perwira laut dari Dinasti Ming itu melakukan tujuh kali perjalanan ke kepulauan ini.

Salah satunya, Cheng Ho berlabuh di Surabaya sebelum melanjutkan perjalanan menuju ibu kota Majapahit di Trowulan.

Di masa itu, armadanya yang terdiri dari ratusan kapal besar tidak bisa berlayar menyusuri Kalimas yang sempit. Maka, kapal-kapal besar ditambatkan di delta dekat Surabaya -kini dikenal sebagai kawasan Perak- sementara Cheng Ho dan rombongannya melanjutkan perjalanan dengan perahu kecil.

Seorang pemerhati sejarah Surabaya, Nur Setiawan, mengisahkan bahwa para awak kapal Cheng Ho kerap melakukan perbaikan kapal di tempat bersandar. Bagian-bagian kapal yang sudah rusak, seperti buritan dan geladak, dikubur di sana.

“Oleh masyarakat, buritan, geladak serta jangkar bekas kapal milik Laksamana Cheng Ho yang dikubur di Punden Prapat Kurung dipindah ke Kelenteng Mbah Ratu di Jalan Demak demi mengenang serta menghormati kedatangan sang Laksamana di tanah Jawa,” ujarnya.

Kini, hanya jangkar tua itu yang tersisa. Kayu buritan dan geladak diduga telah hancur dimakan waktu. Namun, keaslian jangkar tersebut masih menjadi perdebatan.

“Hingga detik ini belum ada penelitian secara khusus yang menyatakan apakah jangkar atau kayu buritan kapal tersebut benar-benar artefak milik rombongan Laksamana Cheng Ho, semuanya masih misteri,” tambahnya.

Di tengah keheningan kelenteng, jangkar itu berdiri sebagai saksi bisu. Apakah benar ia berasal dari kapal Cheng Ho, atau hanya legenda yang diwariskan turun-temurun?

Sejarah mungkin menyimpan jawabannya. Namun misteri itu tetap hidup di hati masyarakat yang terus menjaga peninggalan ini dengan penuh penghormatan. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Yudha
Editor: Andika DP


No More Posts Available.

No more pages to load.