Menapaki Makam Siti Fatimah binti Maimun di Gresik, Jejak Masuknya Syiar Islam ke Tanah Jawa

oleh -565 Dilihat
bacb96aa 238f 4773 867a 00a0b9bb3d8d
Makam Siti Fatimah binti Maimun di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. (Foto: Muhammad Wildan Zaky)

KabarBaik.co – Di tengah teriknya matahari menuju 10 hari terakhir Ramadan 1446 Hijriah, bayangan cungkup batu putih Makam Siti Fatimah binti Maimun itu tampak kokoh berdiri. Menyimpan sejarah besar yang telah melewati hampir seribu tahun.

Angin laut dari perairan utara Gresik membawa aroma garam yang samar. Seolah menyampaikan bisikan para saudagar yang dahulu menjadikan pesisir ini sebagai gerbang peradaban.

Makam Siti Fatimah binti Maimun berdiri megah dalam sunyi. Dindingnya tersusun dari batu kapur putih. Tampak berlumut di beberapa sisi, menandakan batu-batu tersebut telah melewati waktu yang sangat panjang.

Bangunan makam di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik ini bukan sekadar penanda tempat peristirahatan terakhir seorang perempuan. Tetapi juga saksi bisu awal penyebaran agama Islam di Nusantara.

Siti Fatimah binti Maimun disebut-sebut sebagai salah satu penyebar Islam pertama di tanah Jawa. Dari catatan yang oleh Kemdikbud, berdasarkan prasasti batu yang ditemukan di makamnya, ia wafat pada tahun 1082 M, lebih dari tiga abad sebelum Wali Songo mulai berdakwah.

Perempuan bangsawan ini diperkirakan datang bersama rombongan dari wilayah Malaka yang berlabuh di pesisir Gresik. Membawa keyakinan baru ke tanah yang masih memegang erat ajaran Hindu-Buddha.

Namun, perjalanan dakwahnya tak berlangsung lama. Sebuah wabah pagebluk menyerang wilayah Leran, merenggut nyawa Fatimah dan empat dayangnya.

Di usianya yang baru menginjak 18 tahun, ia berpulang, jauh dari tanah kelahirannya. Meski begitu, namanya terus hidup dalam sejarah. Diabadikan sebagai bagian dari jejak awal Islam di Nusantara.

Di kawasan makam, suasana terasa syahdu. Gapura dengan arsitektur khas Jawa berdiri di pintu masuk, seolah menjadi penghubung antara masa lalu dan masa kini.

Bentuk cungkup makam yang bertingkat mengingatkan pada candi-candi Mataram Kuno, mencerminkan proses Islamisasi yang berjalan secara damai.

Di sana, ada Ainur Rofi’ah, sang juru kunci makam. “Makam ini sudah lama ada, tapi dulu sempat tertutup tanah. Saat ditemukan lagi, kondisinya cukup memprihatinkan,” ujarnya, Selasa (18/3) saat ditemui KabarBaik.co.

Ainur menjelaskan bahwa situs ini sudah beberapa kali mengalami perawatan agar tetap terjaga. “Sekarang cungkupnya terlihat lebih rapi, tapi bentuk aslinya tetap dipertahankan. Di sini juga banyak makam-makam tua lainnya,” tambahnya.

Setiap tahun, di pertengahan Syawal, masyarakat sekitar menggelar haul untuk mengenang Siti Fatimah binti Maimun.

“Tanggal itu bukan hari wafatnya, tapi hari saat makam ini ditemukan kembali setelah lama hilang. Orang-orang percaya beliau membawa berkah bagi tempat ini,” kata Ainur.

Keberadaan makam ini menjadi bukti bahwa Islam telah lebih dahulu masuk ke Jawa sebelum era Wali Songo. Sejarawan meyakini bahwa kawasan pesisir utara, termasuk Gresik, menjadi titik awal penyebaran Islam melalui jalur perdagangan.

Para saudagar Muslim dari Arab, Persia, dan Gujarat berdagang sekaligus berdakwah, membawa ajaran Islam ke Nusantara.

Gresik, yang kini dikenal sebagai kota santri, mungkin tidak akan memiliki jejak keislaman yang kuat tanpa peran para perintis seperti Fatimah binti Maimun.

Cungkupnya yang berdiri tegak di Leran adalah monumen peralihan zaman, di mana Islam pertama kali menjejakkan kaki di Pulau Jawa, membawa cahaya baru bagi Nusantara.(*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Muhammad Wildan Zaky
Editor: Andika DP


No More Posts Available.

No more pages to load.