Kak Seto Alami Stroke Ringan, Yuk Lihat Kembali Nilai Perjuangannya untuk Anak

oleh -79 Dilihat
1000376994
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi bersama Kak Seto saat meninjau Terminal Pulo Gebang, (ANTARA/Ilham Kausar)

KabarBaik.co – Tokoh penyayang anak Seto Mulyadi yang lebih dikenal dengan panggilan Kak Seto, kini menjalani perawatan di rumah sakit. Kak Seto mengalami stroke ringan.

Seraya mendoakan psikolog kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 28 Agustus 1951, yang juga Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia itu segera pulih, kita juga bisa menggali kembali nilai-nilai yang selama ini diperjuangkan oleh Kang Seto terkait pentingnya memenuhi kebutuhan kasih sayang pada anak.

Kak Seto selalu menunjukkan kepedulian terhadap kasus-kasus yang menimpa anak, terutama terkait dengan kekerasan, baik fisik maupun psikis. Bukan hanya merespons kasus, Kak Seto juga menggugah kesadaran para orang dewasa untuk menyajikan lingkungan yang nyaman bagi anak.

Kak Seto mengingatkan orang tua untuk tidak hanya mengandalkan perintah dalam mendidik anak, melainkan memberi contoh dalam sikap maupun perkataan. Dengan demikian tumbuh kembang anak di keluarga tidak berjalan dengan suasana penuh ketakutan dan tekanan.

Bagi Kak Seto, kini bukan saatnya orang tua menjadi bos atau komandan bagi anak-anaknya. Kata-kata perintah dan “harus” tidak akan efektif untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan tertentu terhadap anak.

Anak-anak masa kini lebih menerima suatu nilai atau ajaran untuk diikuti dengan cara memberi teladan. Teladan ini bukan hanya perbuatan, melainkan juga perkataan. Bagaimana orang menyampaikan kalimat dan gestur atau intonasi saat menyampaikan sesuatu juga akan diteladani atau ditiru oleh anak.

Untuk di sekolah, Kak Seto juga mengingatkan insan pendidikan, terutama guru, untuk menghadirkan metode pendidikan yang kreatif dan menyenangkan bagi anak.

Menghadapi era digital, saat ini, Kak Seto juga memberikan panduan kepada para orang tua bagaimana mendidik anak berhadapan dengan dunia maya yang membawa dampak dua sisi sekaligus, positif dan negatif.

Di satu sisi, perkembangan digital ini membawa dampak positif bagi anak untuk bertumbuh lebih cepat secara kognitif atau menerima beragam pengetahuan. Di sisi lain, era digital ini tidak mudah untuk menghindarkan anak dari pengaruh negatif, seperti kekerasan, pornografi, dan merosotnya akhlak.

Menghadapi kenyataan demikian, mengharuskan semua orang tua untuk setiap saat hadir penuh membersamai anak. Hadir penuh itu bukan hanya dalam pengertian fisik, melainkan juga jiwa.

Seringkali, orang tua di rumah tidak menyadari bahwa secara fisik mereka hadir bersama anak, tapi absen secara jiwa. Ketika orang tua di rumah sibuk dengan telepon seluler (ponsel) pintarnya, dan pengasuhan anak-anak diserahkan kepada ponsel pintar, ini pertanda bahwa anak tidak didampingi secara jiwa.

Anak-anak yang terlalu lama dibersamai, bahkan dibesarkan oleh telepon seluler pintar, perkembangan jiwanya tidak akan maksimal. Anak akan merasa terabaikan alias kurang mendapatkan perhatian.

Anak-anak yang bertumbuh dengan perhatian yang kurang dari orang tua akan mengalami kekosongan tangki cinta dalam jiwanya. Anak-anak yang tangki cintanya tidak penuh, bahkan kosong, akan mencari pemenuhan di luar rumah dan orang tua, dengan cara berulah atau berperilaku negatif.

Anak-anak yang minus kasih sayang itu cenderung berulah atau nakal di luar rumah. Kita selama ini hanya pintar menghakimi bahwa si anak itu nakal. Kita tidak sadar bahwa motif di balik nakalnya anak itu, sesungguhnya merupakan ekspresi dari upaya anak untuk memenuhi tangki cinta dan kasih sayangnya.

Bagi orang tua yang anak-anaknya masih kecil, masih ada kesempatan untuk segera mengevaluasi pola pengasuhan terhadap anak, apakah kita selama ini terlalu sibuk dengan ponsel pintar atau sudah proporsional dalam membersamai perjalanan hidup anak.

Jika hasil evaluasi diri dengan penuh kejujuran itu menemukan kesimpulan bahwa anak-anak terlalu lama “diasuh” oleh ponsel, segera ubah sikap untuk kita betul-betul hadir lahir-batin bagi pertumbuhan fisik dan jiwa anak-anak. Curahkan kasih sayang untuk mengisi tangki cinta anak yang selama ini dibiarkan kosong.

Kehadiran jiwa untuk pengisian tangki cinta bagi anak-anak itu sebetulnya tidak terlalu rumit. Kita cukup hadir menjadi teman yang nyaman bagi anak, misalnya, ketika anak bercerita tentang pengalaman di sekolah, seperti sikap teman dan guru yang tidak disukai oleh anak, kita cukup menjadi pendengar yang baik. Pendengar yang baik itu tidak terburu-buru memberikan label atau penilaian pada cerita si anak.

Penilaian itu biasanya muncul karena orang tua menggunakan kacamata jiwa orang dewasa yang tentu sangat berbeda dengan jiwa anak-anak. Ketika anak merasa tidak nyaman dengan sikap guru, orang tua cukup menyimak, dan sesekali berpihak pada anak, dengan ikut ‘menyalahkan’ guru atau teman sekolah si anak.

Pada perkembangan selanjutnya, ketika anak sudah merasa nyaman dengan penerimaan dari orang tua, kita bisa memasukkan nilai-nilai, seperti membela sikap guru, dengan menegaskan bahwa sikap guru itu merupakan tanggung jawab dan kasih sayang terhadap anak didiknya.

Satu hari, dua hari, mungkin orang tua masih kuat untuk mendengarkan cerita si anak, pada hari ketiga dan seterusnya, kita mungkin terjebak pada rasa bosan menjadi pendengar yang baik. Wahai para orang tua, bertahanlah. Pada cerita itulah ada kepingan masa depan si anak, termasuk masa tua kita sebagai orang tua.

Bagi orang tua yang memilih berpihak pada rasa bosan dan tidak mau lagi menjadi orang tua yang hadir penuh (lahir batin) bagi jiwa anak, kita akan menghadapi masa depan anak yang cenderung bermasalah. Bersamaan dengan itu, usia orang tua bertambah. Dengan semakin bertambahnya usia orang tua, sambil menghadapi anaknya dengan berbagai masalah, maka mereka akan menghadapi masa tua yang tidak tenang karena perilaku si anak.

Sebaliknya, orang tua yang setia dengan komitmennya untuk terus membersamai anak, dengan penuh kesabaran, maka ia telah menyiapkan masa depan si anak lebih baik, sekaligus menyiapkan masa tua yang juga lebih baik buat dirinya.

Tentu masih banyak momen bagi orang tua untuk membersamai anak mengisi tangki cintanya, seperti ketika anak hendak tidur yang bagi Kak Seto sangat bagus jika orang tua mendongeng, atau momen-momen lain yang memang membutuhkan komitmen kuat orang tua untuk menjadi teladan dan teman baik bagi anak. (ANTARA)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Imam Wahyudiyanta


No More Posts Available.

No more pages to load.