KabarBaik.co – Lahan berbukit dan tandus yang dulu bergemuruh oleh deru mesin motocross, kini beralih rupa menjadi hamparan hijau padi seluas 10,5 hektare di Kampung Pandu (Ketahanan Pangan Terpadu) Integrated Farming.
Perubahan ini dipelopori langsung oleh Dandim 0812/Lamongan Letkol Arm Ketut Wira Purbawan, dengan tangan terampil Babinsa Pelda Dulhadi selaku Katim Pertanian, Pelda Suprapto Wadan Satgas Pandu, dan Serma Eko Priyono Katim Peternakan.
Mereka berhasil menghidupkan tanah tidur menjadi pusat produksi pangan. Memadukan pertanian, peternakan, dan perikanan dalam satu irama.
“Waktu itu Pak Dandim Letkol Arm Ketut Wira Purbawan mengajak saya ke lahan seluas 10,5 hektare yang masih berbentuk sirkuit, penuh bukit dan tanahnya tandus,” kenang Pelda Dulhadi, Kamis (14/8).

“Beliau bertanya, mana yang bisa dibuat sawah? Saya jawab, semua bisa, Komandan. Lalu beliau bertanya lagi, mana yang lebih dulu? Saya jawab, yang di depan karena dekat dengan sumber air. Setelah Lebaran, saya mulai menggarapnya. Awalnya hanya 0,6 hektare, dan hasilnya tanah padi bagus,” imbuhnya.
Capaian itu membuat Dandim Lamongan jadi lebih bersemangat. “Kemudian enginstruksikan untuk membuka lahan lagi. Saya buka lahan kedua di belakang, hasilnya bagus juga, lalu lanjut membuka lahan ketiga. Begitu seterusnya sampai sekarang melebar ke mana-mana,” tandas Dulhadi penuh semangat.
Dulhadi juga menceritakan bahwa untuk memulai semua ini tidak menunggu adanya peralatan modern, cukup dengan kemauan dan kegigihan para anggota Kodim dengan kompak bisa menyulap lahan tandus tidur ini.
“Paling modern cuma traktor roda dua, sisanya manual seperti cara orang tua dulu,” ujarnya. Prinsipnya sederhana, tanpa limbah. Kotoran ternak menjadi pupuk, jerami untuk pakan, dan air kolam lele menyuburkan sawah. Sinergi ini menjadi kunci menghidupkan kembali tanah yang lama diam membisu.
Dari eksperimen di Kampung Pandu ini lahir padi unggul PMJ 01, berumur panen 80–85 hari dengan produktivitas mencapai 8 ton per hektare. Berasnya harum, pulen, dan digemari masyarakat. “Sampai ada yang tanya di pasar murah kemarin, kalau PMJ saya pasti datang,” cerita Dulhadi.
Cita rasa dan aroma PMJ membuatnya jadi rebutan, bahkan tengkulak rela membeli gabahnya di atas harga pasar, hingga Rp 7.300 per kilogram gabah kering panen, dibanding harga biasa Rp 6.800.
Kini, Kampung Pandu menjadi tujuan belajar petani dari berbagai daerah. Dengan 58 anggota Kodim 0812/Lamongan mengelola 9 sapi, 290 ayam petelur, 300 bebek, 200 ayam pedaging, serta puluhan kolam ikan, kawasan ini juga memfasilitasi 60 hektare demplot di 27 kecamatan.
“Bukan karena kami pintar, tapi karena kami mau belajar dari alam,” tutur Dulhadi. Lahan yang pernah gagal ditanami kini menjadi simbol kebangkitan pangan dari tanah tandus lahir padi harum yang tidak hanya menghidupkan bumi, tetapi juga menumbuhkan selera banyak orang.(*)