KabarBaik.co– Gudang Garam pada Agustus lalu memberhentikan kurang lebih 1.000 karyawannya dengan melakukan efisiensi perusahaan berupa pensiun dini. Para pekerja yang pensiun dini adalah karyawan SKM dan SKT di pabrik Tepus, Kediri.
Video momen perpisahan karyawan Gudang Garam yang pensiun dini viral di medsos meski dengan caption ada PHK di Gudang Garam. Pengamat atau pemerhati ekosistem tembakau prihatin terhadap adanya pemutusan kerja terhadap ribuan karyawan perusahaan rokok tersebut.
“Sebagai pemerhati ekosistem tembakau Indonesia, saya menyampaikan keprihatinan mendalam atas gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang melanda PT Gudang Garam Tbk, salah satu pilar industri rokok nasional,” ujar Pemerhati Ekosistem Tembakau Indonesia Hananto Wibisono kepada KabarBaik.co, Senin (8/9).
Hananto menyebut video viral di media sosial yang menunjukkan perpisahan haru karyawan di pabrik Gudang Garam menjadi cerminan dari krisis yang tengah mengguncang sektor tembakau. Dengan pengalaman hingga puluhan tahun, karyawan yang di-PHK kehilangan tidak hanya pekerjaan, tetapi juga ikatan emosional sebagai bagian dari ‘keluarga’ Gudang Garam.
“Krisis ini bukan sekadar persoalan perusahaan, tetapi juga mencerminkan tantangan struktural yang mengancam ekosistem tembakau Indonesia,” kata Hananto.
Penyebab PHK di Gudang Garam, kata Hananto, berakar pada beberapa faktor kunci. Kenaikan cukai rokok yang signifikan dan terus menerus telah menekan daya beli konsumen, menstimulan perokok beralih ke rokok murah atau ilegal.
Selain itu, regulasi yang makin ketat dan perubahan tren konsumen. Lalu terbitnya PP 28 Tahun 2024 yang mengatur tentang produk olahan tembakau yang makin ketat seperti pembatasan iklan rokok dan pencantuman gambar peringatan kesehatan pada kemasan. Selain itu, perubahan preferensi konsumen, turut menekan penjualan.
“Pemerintah harus hadir untuk mengambil langkah konkret dalam memperkuat penegakan hukum terhadap rokok ilegal untuk melindungi industri legal dan petani tembakau,” tegas Hananto.
Menurut Hananto, ekosistem tembakau Indonesia yang menopang jutaan pekerja dan petani kini berada di persimpangan jalan. Krisis ini adalah panggilan untuk bersama-sama mencari solusi yang berkelanjutan demi menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
“Pelaku industri, pemerintah, dan masyarakat harus berdialog guna merumuskan kebijakan yang tidak hanya menyelamatkan industri, tetapi juga melindungi pekerja dan petani dari dampak krisis yang lebih luas,” tandas Hananto. (*)