KabarBaik.co – Aroma harum nastar yang baru keluar dari oven menyebar di dapur sederhana milik Ainun, 49, atau yang akrab disapa Bu Inul. Tangannya cekatan menata kue-kue yang baru matang ke dalam toples, sementara di sisi lain, seorang pekerja sibuk menimbang adonan pastel. Di rumah produksinya di Sepande, Sidoarjo, kesibukan meningkat drastis menjelang Lebaran tahun ini.
Setiap tahun, usaha kue kering yang telah dirintisnya sejak 25 tahun lalu selalu kebanjiran pesanan saat Ramadan. Namun, tahun ini berbeda. Jumlah pesanan melonjak hingga tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu. “Kalau tahun lalu produksi nastar hanya 40 kilogram, sekarang meningkat menjadi 120 kilogram,” ungkapnya sambil tersenyum.
Tak hanya nastar, pastel juga menjadi primadona. Pembeli datang silih berganti, baik dari dalam maupun luar kota. Bu Inul bahkan tak menyangka usahanya kini merambah ke berbagai daerah di Indonesia. “Paling jauh pemesan dari Kalimantan dan Lampung, waktu itu saya jual via sosmed,” tambahnya.
Dalam sehari, ia menghabiskan 50 kilogram tepung untuk memenuhi pesanan yang terus mengalir. Dengan produksi yang meningkat, omzet pun ikut terdongkrak. “Alhamdulillah, dari usaha ini saya bisa meraup keuntungan hingga Rp2,5 juta per hari atau sekitar Rp8 juta per minggu,” katanya.
Di ruang tamu yang sekaligus menjadi etalase kecil, berbagai kue kering tersusun rapi. Ada nastar, pastel, kuping gajah, kastengel, roti kacang, hingga spring roll. Harga yang ditawarkan pun bersaing.
“Nastar setengah kilogram Rp60.000, kuping gajah satu kilogram Rp60.000, pastel Rp60.000, dan roti kacang satu toples Rp40.000,” jelasnya.
Tak hanya menjual langsung dari rumah, Bu Inul juga menerima pemesanan dalam bentuk paket dan eceran. “Ada yang datang ambil sendiri, ada juga yang beli satu kardus, dan ada yang pesan dalam kemasan toples,” ujarnya sembari melayani seorang pelanggan yang baru tiba.
Salah satu pelanggan setianya, Niken, 35, mengaku selalu kembali ke Bu Inul setiap tahun. Baginya, rasa dan kualitas kue kering di sini tak tergantikan. “Rasanya enak, endulita! Harganya juga terjangkau. Saya sudah berlangganan lama di tempat Bu Inul ini,” ujarnya.
Pelanggan lain, Yuni, 60, bahkan menjadikan kue kering Bu Inul sebagai oleh-oleh wajib saat mudik Lebaran. “Saya sering beli di sini buat dibawa ke kampung halaman saat mudik. Keluarga di kampung juga suka banget sama kue-kue dari Bu Inul,” katanya.
Di tengah kesibukannya, Bu Inul tetap telaten menjaga kualitas produknya. Ia tak ingin sekadar mengejar keuntungan, tetapi juga mempertahankan kepercayaan pelanggan. Baginya, usaha ini bukan sekadar bisnis, melainkan bagian dari perjalanan hidup yang penuh perjuangan.
Seiring dengan meningkatnya pesanan, Bu Inul semakin optimis bahwa usahanya bisa berkembang lebih jauh. Dengan dukungan pelanggan setia dan pemasaran melalui media sosial, ia berharap kue kering buatannya bisa menjangkau lebih banyak orang di berbagai penjuru negeri. (*)