KabarBaik.co- Kerja keras aparat kepolisian dibantu prajurit TNI dan warga untuk mencari AS alias Wawan, pelaku pembunuhan dan pembacokan satu keluarga di Pacitan, hingga kini masih menemui jalan buntu. Penyisiran hutan di sekitar desa lokasi kejadian perkara (TKP) sejak Sabtu (20/9) lalu belum juga menemukan keberadaan pria yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga sekolah tersebut.
Selain dibantu aparat TNI dan ratusan warga, Polres Pacitan juga telah menerjunkan anjing pelacak (K-9) dari Polda Jawa Timur. Namun, jejak Wawan seolah hilang ditelan bumi. Maklum, kawasan hutan di sekitar Desa Temon, Kecamatan Arjosari, Pacitan, cukup lebat sehingga menyulitkan upaya pelacakan.
“Mohon doanya, semoga pelaku segera tertangkap,” kata Kapolres Pacitan AKBP Ayub Diponegoro Azhar saat dihubungi KabarBaik.co, Rabu (24/9).
Sejak tragedi berdarah itu terjadi, Polres Pacitan bersama jajarannya bergerak cepat melakukan penyelidikan. Kapolres bahkan langsung membesuk korban yang masih menjalani perawatan di rumah sakit sebagai wujud empati sekaligus dukungan moral bagi keluarga.
Di tengah kesulitan pencarian, sempat muncul wacana penggunaan teknologi drone thermal untuk mempersempit ruang gerak pelaku. Drone thermal adalah pesawat tanpa awak yang dilengkapi kamera inframerah guna menangkap radiasi panas dari suatu objek. Berbeda dengan kamera biasa yang merekam cahaya tampak, kamera thermal menampilkan perbedaan suhu dalam bentuk citra berwarna.
Drone jenis ini kerap digunakan dalam operasi pencarian dan penyelamatan, terutama di wilayah gelap atau sulit dijangkau seperti hutan. Dengan kemampuan mendeteksi panas tubuh manusia, drone thermal diyakini bisa membantu melacak pelarian Wawan. Selain SAR, teknologi ini juga dimanfaatkan pemadam kebakaran untuk mendeteksi titik api tersembunyi, di sektor industri untuk inspeksi panel surya dan jaringan listrik, hingga di bidang pertanian dan penelitian satwa liar.
Namun, Kapolres Pacitan menyebut pihaknya masih belum mempertimbangkan opsi tersebut. “Untuk sementara, kami masih melibatkan anjing pelacak,” ujar mantan Kasatreskrim Polres Gresik itu.
Sementara itu, suasana mencekam masih menyelimuti wilayah Kecamatan Arjosari. Lantaran Wawan belum tertangkap dan diduga masih bersembunyi di hutan sekitar desa, sejumlah sekolah di kecamatan setempat memilih meliburkan kegiatan belajar mengajar. Para siswa diminta belajar dari rumah hingga situasi benar-benar aman.
Camat Arjosari, Didik Darmawan, membenarkan adanya kekhawatiran warga pasca-pembunuhan itu. Ia menyebut, pelaku sempat mengancam sejumlah warga pada malam kejadian sehingga menimbulkan kepanikan. “Kami mengimbau masyarakat tetap tenang, tapi jangan lengah. TNI-Polri bersama warga terus melakukan penyisiran hutan untuk memburu pelaku,” ujarnya.
Hingga kini, aparat gabungan masih berjaga di sejumlah titik strategis guna mengantisipasi pergerakan pelaku. Warga juga diminta segera melapor jika melihat orang mencurigakan di sekitar pemukiman.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, kasus berdarah di Pacitan ini bermula ketika Wawan, warga Desa Kanyen, Kecamatan Kebonagung, mendatangi rumah mantan istrinya, Miswati, di Desa Temon, Sabtu (20/9) malam. Informasinya, sehari sebelumnya, Jumat (19/9), Wawan sempat mengajak Miswati untuk rujuk setelah bercerai empat bulan lalu. Namun, ajakan itu ditolak pihak keluarga karena Miswati disebut sudah memiliki calon suami lain.
Didorong emosi dan dendam, Sabtu malam Wawan kembali datang. Ia lebih dulu memutus aliran listrik rumah mantan istrinya. Korban pertama adalah Eky, mantan ipar pelaku, yang ditebas senjata tajam saat hendak menyalakan listrik. Mendengar keributan, Timi (50), mantan mertua perempuan pelaku, keluar rumah. Nahas, ia langsung ditebas di bagian leher hingga meninggal di lokasi kejadian.
Pembantaian berlanjut. Miskun, mantan mertua laki-laki pelaku, juga disabet senjata tajam. Tak berhenti di situ, Wawan menyerang dua anak kandungnya hasil pernikahan dengan Miswati, yakni Bima (17) dan Arga (10), yang saat itu bersembunyi. Bima berhasil kabur, sedangkan Arga terkena bacokan dan kini dirawat intensif di RSUD dr. Darsono.
Kasus ini masih menjadi perhatian luas publik. Aparat gabungan berkomitmen memburu pelaku hingga tertangkap untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. (*)