Pemkot Surabaya Janji Bangun Langgar Bersejarah di Kawasan Kota Lama Ampel

Editor: Hardy
oleh -170 Dilihat
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (kiri) dan Ketua Yayasan IKSA HA. Wachid Zein di Balai Kota, Senin (18/3). (istimewa)

KabarBaik.co- Pemkot Surabaya berkomitmen untuk memperbaiki Langgar Gipo di Jalan Kalimas Udik I, Nyamplungan, Ampel. Bangunan itu bernilai sejarah lantaran merupakan peninggalan KH Hasan Gipo, ketua umum PBNU pertama (1926-1934). Upaya perbaikan itu menjadi bagian dari program revitalisasi kota lama di kawasan Surabaya Utara.

“Apa yang kita nikmati sekarang tidak terlepas dari Mbah Buyut yang mbabat alas kota ini,” kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat menerima rombongan pengurus Yayasan Insan Keturunan Sagipoddin (IKSA), dalam rilis yang diterima KabarBaik.co, Senin (18/3)

Menurut Eri, sesepuh yang menjadi cikal bakal Kota Surabaya adalah para dzuriyah (keturunan) Sunan Ampel. Salah seorang di antaranya Mbah KH Hasan Gipo dan mbah atau kakek lainnya. “Karena itu, saya ingin mengembangkan Langgar Gipo menjadi Kawasan Langgar Gipo untuk menghormati para kakek dan guru-guru kita,” katanya.

Baca juga:  Fakultas Baru di Unair Ini Makin Banyak Diminati Calon Mahasiswa

Di hadapan pengurus Yayasan IKSA, Eri pun meminta izin dan restu untuk membangun Kawasan Langgar Gipo. “Saya akan bangun sebagai cagar budaya, nanti kalau bangunan sudah jadi, kunci akan saya serahkan kepada dzuriyah untuk pengelolaannya,” ungkap Wali Kota alumnus ITS itu.

Eri juga meminta sinergisitas jajaran Pemkot Surabaya dengan Yayasan IKSA untuk mengembalikan rancangan Langgar Gipo ke bentuk aslinya. Dia menyebut, Langgar Gipo itu sangat bersejarah.

Langgar Gipo di Jalan Kalimas Udik I, Nyamplungan, Ampel, SUrabaya (PWMU)

Tidak hanya ada langgar atau musala, tapi juga ada sumur penggemblengan Arek-Arek Suroboyo, bunker, dan lantai atas untuk tempat singgah jemaah haji saat masih pakai kapal laut. ‘’Lantai atas akan kita jadikan museum dan ruang pertemuan bagi pengunjung/wisatawan,” katanya.

Baca juga:  Ajak Istri dan Anak Mencuri di Gresik, Pria Asal Surabaya Ditembak Polisi

Menanggapi itu, Ketua Yayasan IKSA HA. Wachid Zein menyampaikan terima kasih atas perhatian dan dukungan Pemkot Surabaya pada Langgar Gipo. “Kami siap diajak rembukan. Karena Langgar Gipo memang tidak hanya memiliki bentuk fisik sebagai tempat ibadah yang menjadi milik keluarga, tapi Hasan Gipo itu juga milik umat atau warga kota,” ujarnya.

Langgar Gipo didirikan oleh keluarga Sagipoddin sekitar tahun 1700-an oleh Tsaqifuddin (perintis agama) atau H. Abdul Latif bin Kamal bin Kadirun, seorang saudagar kaya di kawasan kampung elite Ngampel. Langgar itu dibangun dengan kayu jati kuno dan tegel terakota.

Baca juga:  Bawa Sajam dan Resahkan Warga, Belasan Anggota Gangster di Driyorejo Gresik Diciduk Polisi

Langgar Gipo baru direnovasi ulang sekitar tahun1800-an, memiliki 2 lantai dan berdiri di atas lahan sekitar 100 meter persegi. Sebelumnya, nama KH Hasan Gipo tak banyak ditulis dalam sejarah perjuangan bangsa. Makamnya baru diketemukan di kompleks pemakaman Ampel pada 2015.

Langgar Gipo disebut bukan hanya sebagai tempat salat. Namun, juga tempat berkumpul para kiai dan tokoh pergerakan seperti KH Wahab Hasbullah, KH Mas Mansur, KH Hasan Gipo, HOS Tjokroaminoto, dan Soekarno. Dari langgar itu berdiri Tashwirul Afkar, yang merupakan cikal bakal kelahiran Nahdlatul Ulama (NU), Nahdlatul Wathon dan Nahdlatut Tujjar. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News


No More Posts Available.

No more pages to load.