Penyerapan dan Tantangan Bulog Simpan 4 Juta Ton Gabah Cadangan Pangan

oleh -76 Dilihat
kenaikan harga gkp saat panen gadu di petani 2615289
Para petani merontokkan bulir padi saat panen gadu di Desa Lam Siteh, Kabupaten Aceh Besar (ANTARAFOTO/Ampelsa)

WhatsApp Image 2025 08 12 at 3.42.08 PM

KabarBaik.co – Panen raya padi musim tanam Oktober-Maret 2025 telah usai, dan kini kita bersiap menyambut panen raya berikutnya untuk musim tanam April-September 2025.

Di tengah dinamika pangan nasional, Perum Bulog patut berbangga karena berhasil mencatatkan capaian signifikan.

Sebagai operator pangan pemerintah, Bulog telah menunjukkan kinerja terbaiknya dengan menyerap gabah lebih dari 2 juta ton, sebuah pencapaian yang melonjak tajam dibandingkan rerata penyerapan lima tahun terakhir yang hanya berkisar antara 1 hingga 1,2 juta ton.

Keberhasilan ini tidak hanya menjadi indikator capaian kerja Bulog, tetapi juga sebuah langkah penting dalam mendukung program swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah.

Peran Bulog dalam menjaga stabilitas pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani semakin terlihat nyata melalui lima fungsi strategisnya.

Pertama, Bulog berperan penting dalam melakukan penyerapan gabah dan beras dari petani dalam negeri. Hal ini berdampak langsung pada kesejahteraan petani sekaligus memastikan ketersediaan pangan nasional.

Dengan target penyerapan sekitar 3 juta ton untuk tahun 2025, langkah ini diharapkan menjadi penyangga utama ketahanan pangan nasional.

Kedua, Bulog menjalankan pembelian gabah dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah, yakni Rp 6.500 per kilogram untuk Gabah Kering Panen (GKP).

Harga yang kompetitif ini diharapkan memberikan insentif positif bagi petani untuk terus meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen mereka.

Ketiga, Bulog memaksimalkan pengelolaan infrastruktur yang dimiliki, seperti Sentra Pengolahan Padi dan Sentra Pengolahan Beras, untuk meningkatkan efisiensi penyerapan.

Optimalisasi fasilitas ini menjadi kunci untuk meminimalkan kehilangan hasil panen dan memastikan proses pascapanen berjalan lancar.

Keempat, sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan seperti Dinas Pertanian, TNI-POLRI, kelompok tani, dan penggilingan padi menjadi strategi penting.

Kolaborasi ini memungkinkan pengawasan dan distribusi gabah berjalan lebih efektif, terutama di daerah sentra produksi.

Kelima, Bulog menaruh perhatian besar pada pengawasan kualitas gabah yang diserap. Standar kualitas yang ketat memastikan beras yang dihasilkan memenuhi syarat konsumsi, sekaligus menjaga reputasi produk pangan nasional.

Kesejahteraan petani

Keberhasilan Bulog menyerap gabah dalam jumlah besar ini tentu memberi dampak langsung bagi kesejahteraan petani.

Namun, keberhasilan penyerapan hanyalah separuh dari tantangan besar yang harus dihadapi.

Persoalan krusial berikutnya adalah bagaimana memastikan keberhasilan penyimpanan gabah dan beras agar kualitas tetap terjaga hingga masa distribusi.

Dengan serapan lebih dari 2 juta ton gabah dan kapasitas gudang Bulog yang terbatas, tantangan dalam manajemen penyimpanan tidak bisa diabaikan.

Penyimpanan yang kurang optimal berpotensi menimbulkan kerugian besar, baik bagi petani, konsumen, maupun negara.

Penyimpanan gabah dalam jumlah besar memerlukan penanganan yang jauh lebih kompleks dibandingkan penyimpanan skala kecil. Kondisi gudang harus dijaga tetap kering dan bersih untuk mencegah pertumbuhan jamur dan serangan hama.

Pengendalian kelembapan menjadi faktor utama karena kelembapan yang tinggi dapat menyebabkan gabah cepat rusak.

Begitu pula pengendalian suhu, yang harus diatur agar gabah tidak terpapar panas berlebih atau suhu terlalu rendah yang merusak kualitas.

Selain itu, penggunaan karung penyimpanan berkualitas tinggi menjadi penting untuk meminimalkan kerusakan akibat gesekan atau tekanan selama proses penyimpanan dan distribusi.

Pengalaman masa lalu ketika ditemukan beras berkutu di gudang Bulog oleh Komisi IV DPR menjadi pelajaran penting yang harus diambil dengan serius.

Fenomena seperti beras berkutu, bau apek, atau warna kekuningan akibat penyimpanan yang buruk tidak boleh terulang kembali. Perlu sistem monitoring dan pengawasan rutin untuk memastikan gudang bebas dari masalah tersebut.

Dengan penanganan yang tepat, keberhasilan penyerapan dapat diikuti dengan keberhasilan penyimpanan, dan pada akhirnya kualitas beras untuk konsumsi masyarakat dapat terjamin.

Di sisi lain, keberhasilan penyimpanan juga menjadi faktor strategis dalam menjaga cadangan beras pemerintah.

Cadangan ini akan menjadi penopang ketika terjadi krisis pangan, bencana alam, atau fluktuasi harga di pasar.

Karena itu, pengelolaan penyimpanan gabah dan beras bukan sekadar aspek teknis, tetapi juga menyangkut kepentingan nasional.

Infrastruktur penyimpanan

Pemerintah melalui Bulog perlu memastikan bahwa infrastruktur penyimpanan memadai, termasuk meningkatkan kapasitas gudang, memperbarui teknologi pengolahan, dan memperketat sistem kontrol mutu.

Tantangan ini memerlukan sinergi lintas sektor. Kolaborasi dengan dinas pertanian daerah, universitas, lembaga riset, serta pelaku industri pengolahan pangan dapat membantu Bulog mengadopsi teknologi penyimpanan yang lebih modern.

Misalnya, pemanfaatan sistem pendinginan berbasis IoT untuk mengatur suhu gudang secara otomatis atau penerapan metode pengendalian hama ramah lingkungan yang menjaga kualitas beras tanpa mengorbankan keamanan konsumsi.

Langkah-langkah inovatif semacam ini menjadi krusial untuk menghadapi dinamika pangan global dan dampak perubahan iklim yang semakin nyata.

Ke depan, keberhasilan Bulog tidak lagi cukup diukur hanya dari volume penyerapan gabah, tetapi juga dari kualitas pengelolaan penyimpanan dan distribusi.

Gabah dan beras yang diserap dengan harga baik seharusnya sampai ke masyarakat dalam kondisi terbaik pula.

Stabilitas harga pangan di tingkat konsumen, kesejahteraan petani, dan ketahanan pangan nasional sangat bergantung pada efektivitas sistem ini.

Transparansi dan akuntabilitas Bulog dalam mengelola cadangan pangan juga menjadi kunci penting untuk menjaga kepercayaan publik terhadap kebijakan pemerintah.

Kita perlu optimis bahwa Perum Bulog akan mampu menjawab tantangan besar ini. Dengan pengalaman panjang sebagai operator pangan nasional, Bulog memiliki fondasi kuat untuk terus berbenah dan berinovasi.

Dukungan penuh dari pemerintah, kolaborasi dengan pemangku kepentingan, dan adopsi teknologi modern akan menjadi kunci keberhasilan menjaga kualitas gabah dan beras nasional.

Jika proses penyimpanan dikelola dengan baik, maka keberhasilan penyerapan gabah akan berbanding lurus dengan keberhasilan menjaga cadangan pangan negara.

Dalam konteks ini, keberhasilan Bulog adalah keberhasilan bangsa, karena ketahanan pangan adalah pondasi kesejahteraan masyarakat dan stabilitas ekonomi. (ANTARA)

*) Penulis adalah Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Imam Wahyudiyanta


No More Posts Available.

No more pages to load.