Petani Milenial: Jaminan Masa Depan, Pendataan dan Proses Transparan, Persepsi Positif untuk Petani

oleh -1061 Dilihat
BOIMIN

OLEH: BOIMIN PhD*)

PETANI Milenial merupakan salah satu Program Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mewujudkan dan mempercepat swasembada pangan. Dimana salah satu tantangannya adalah kita kekuraangan petani. Tidak sedikit tulisan yang mengulas petani milenial. Khususnya, apa itu petani milenial dan bagaimana mencetak petani milenial: petani yang berusia muda (19-39 tahun), serta adaptif terhadap teknologi digital dan inovasi pertanian.

Namun, tulisan ini akan mencoba melihat petani milenial dari perspektif yang berbeda. Perspektif penulis yang merupakan anak buruh tani dari Ngawi. Yang juga pernah menamatkan pendidikan tinggi (S3-Ilmu Pangan) dengan Beasiswa LPDP. Di universitas yang Jurusan Ilmu Pangannya tertua, dan salah satu yang terbaik di Amerika Serikat. Yaitu University of Massachusetts Amherst. Semoga tulisan ini bisa melengkapi dan memberikan sumbangsih untuk mensukseskan Program Petani Milenial.

Jaminan Masa Depan Petani Milenial

Kunci untuk menarik minat generasi milenial menjadi petani, adalah jaminan masa depan yang cerah. Dengan kata lain, apa keuntungan yang didapat ketika menjadi petani milenial? Masa depan seperti apa yang dijanjikan ketika menjadi petani milenial? Itu harus jelas. Upaya itu sudah dilakukan oleh Kementan dan cukup berhasil menarik animo generasi milenial untuk menjadi petani.

Contohnya, setiap bulan petani milenial akan mendapatkan gaji dari pemerintah sebesar sepuluh juta rupiah. Belum lagi fasilitas dan kemudahan lainnya. Gaji tersebut relatif bisa menjadi daya tarik untuk generasi milenial yang baru lulus sekolah dan tinggal dipedesaan. Itu terbukti.

Menurut data Sensus Pertanian 2023 dari Badan Pusat Statistik, jumlah petani milenial mencapai 6,18 juta. Jumlah itu sekitar 21, 93% dari jumlah total petani di Indonesia. Jawa Timur menduduki peringkat pertama dengan jumlah petani milenial sebanyak 971.102 orang. Lalu disusul Jawa Tengah sebanyak 625.807 orang, dan Jawa Barat sebanyak 543.044 orang. Barangkali, jumlah itu masih bisa ditingkatkan lagi dengan sosialisasi yang lebih intensif melalui jalur RT/RW di pedesaan.

Selain itu, masa depan petani milenial akan lebih terjamin jika ada perlindungan lebih pemerintah kepada para petani. Itu pula yang dilakukan oleh Amerika Serikat kepada petaninya. Perlindungan ini bentuknya bisa bermacam-macam. Misalnya, pemerintah menjamin petani jika mengalami kerugian  akibat gagal panen dengan program asuransi tanaman (Crop Insurance). Perusahaan asuransi tanaman milik pemerintah federal akan memberikan asuransi kepada produsen (termasuk petani) yang gagal panen melalui United States Department of Agriculture (USDA).

Mereka memiliki program Agriculture Risk Coverage (ARC) Program. Program ini memberikan pembayaran (bantuan) kepada petani yang penghasilanya turun. Itu terjadi, akibat pendapatan petani dari hasil panennya juga turun. Hanya petani yang pendapatannya turun (dengan prosentase tertentu) yang bisa mengakses program ARC terebut. Petani yang harga hasil panennya terjual di bawah harga normal (biasanya), juga bisa mendapatkan bantuan dari Price Loss Coverage (PLC) Program.

Pemerintah mereka melindungi lahan pertanian dari ancaman kegiatan lain yang bisa mengancam eksistensi mereka sebagai petani/peternak, atau Farmland Protection Policy Act (FPPA). Tujuan dari undang-undang tersebut untuk mengurangi (dampak dari) program-program konversi lahan pertanian/peternakan menjadi lahan untuk  kegiatan selain pertanian/peternakan. Dan masih banyak program lainnya.

Tujuan program-program pemerintah Amerika Serikat itu hanya satu. Yaitu memberikan perlindungan kepada petani mereka. Semoga Petani Milenial kita, kelak juga bisa mengakses program serupa. Agar hidup dan masa depan mereka lebih terjamin. Itu semua bisa terwujud. Bisa kita mulai dari yang sederhana. Yaitu pendataan dan proses seleksi petani milenial yang transparan. Terutama di pedesaan dan dimulai dari tingkat RT/RW.

Pendataan dan Proses yang Transparan

Mengapa pendataan lebih difokuskan di pedesaan? Sebagian besar lahan pertanian dan jumlah petani di Indonesia berada di pedesaan. Sehingga, generasi milenial di pedesaan juga relatif tidak asing dengan kegiatan pertanian. Itu memudahkan dalam hal adaptasi mereka untuk menjadi petani. Dengan kata lain, tingkat keberhasilan merekrut petani milenial di pedesaan itu lebih tinggi, khususnya untuk mejadi petani pembudidaya.

Alasan lainnya, tidak semua informasi Program Petani Milenial bisa sampai ke desa dengan mudah. Oleh karea itu, proses jemput bola—pendataan generasi milenial yang tertarik menjadi petani milenial di pedesaan, diperlukan.

Bisa kita bayangkan, peningkatan jumlah petani milenial kita. Jika RT/RW aktif mendata warga yang tertarik dan memenuhi syarat untuk menjadi petani milenial. Lalu mereka, dikoordinir untuk bisa mendaftar secara online. Mengapa dimulai dari RT/RW? Karena RT/RW adalah struktur organisasi pemerintahan terkecil di masyarakat kita. Lebih jauh lagi, RT/RW memiliki data yang lengkap dan presisi tentang situasi dan kondisi masyarakatnya.

Proses detailnya adalah sebagai berikut. Awalnya, data calon petani milenial yang telah dikumpulkan di tingkat RT/RW. Lalu ditabulasi dan diverifikasi. Hasilnya, data dibawa ke tingkat desa/kelurahan. Ditabulasi dan diverifikaasi lagi secara transparan dengan bantuan teknologi informasi dan internet. Demikian seterusnya di tingkat kecamatan, kabupaten, dan provinsi. Data yang valid dan solid tersebut diproses dan dijadikan acuan untuk semua kegiatan yang terkait dengan Program Petani Milenial.

Tentunya, data itu harus selalu dimutakhirkan. Data pribadi termasuk latar belakang pendidikan, adalah yang utama. Tiap pendaftar mendapatkan akun (account) pribadi dengan kata sandi (password) khusus. Sehingga mereka bisa melakukan pengecekan secara berkala, semua proses dan kegiatan yang terkait Program Petani Milenial.

Tidak kalah pentingnya adalah, data keterampilan yang sudah dikuasai dan keterampilan yang ingin dikuasai oleh calon petani milenial. Bisa jadi, mereka yang mendaftar petani milenial ini telah memiliki keterampilaan yang mumpuni di bidang pertanian. Dibidang pengolahan pangan. Produksi tempe dan tahu, misalnya. Bisa jadi sejak kecil mereka terbiasa membantu orang tuanya. Mengolah tempe menjadi tempe dan tahu.

Jika demikian, barangkali mereka hanya membutuhkan keterampilan bagaimana bisa memasarkan tahu dan tempe dengan baik. Lalu mereka juga bisa mendapatkan bahan baku kedelai, dengan mudah dan murah. Dan tentunya akses peermodalan untuk bisa memulai usaha tahu-tempenya.

Setelah lulus seleksi Program Petani milenial, mereka bisa ditempatkan di daerah yang cocok yaitu daerah yang direncanakan sebagai sentra pertanian kedelai. Serta mendapatkan pelatihan yang tepat yaitu bagaimana memasarkan produk tempe dan tahu yang baik. Termasuk bagaimana membuat kemasan yang menarik. Bagaimana memasarkan produknya secara online dengan berbagai macam variannya: menggunakan media sosial, influencer, microinfluener, ataupun afiliator. Dan terakhir, mereka bisa diberikan akses untuk mendapatkan modal. Sehingga mereka bisa memulai usahanya.

Pendataan berjenjang dan transparan tersebut juga bisa memudahkan Kementan dalam menyusun dan mengeksekusi tahapan-tahapan dalam Program Petani Milenial. Tahap pertama misalnya, diprioritaskan untuk calon petani milenial yang memiliki keterampilan dan atau mau dididik untuk membuka lahan dan mengolah lahan. Mereka bersedia menjadi petani pembudidaya.

Tahap kedua. Calon petani milenial yang diprioritaskan adalah, calon petani yang memiliki keterampilan dan atau mau dididik untuk fokus pada pasca panen dan inovasi pengolahan sederhana. Tahap ketiga. Fokus lebih diarahkan kepada calon petani yang memiliki keterampilan dan atau bisa dididik menjadi wirausahawan pertanian. Khususnya usaha pertanian menengah dan besar (sekala industri).

Pendataan berjenjang dan transparan ini memudahkan calon petani milenial dan pemerintah. Calon petani milenial bisa lebih berkembang. Mereka mendapatkan penempatan di daerah yang tepat. Mereka juga mendapatkan pelatihan sesuai dengan keterampilan yang mereka butuhkan. Kementan juga lebih mudah melakukan pemetaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan melakukan eksekusi tahapan-tahapan yang telah disusun dengan baik dan transparan.

Transparansi memang krusial. Ketiadaan transparansi, tidak jarang menjadi “momok” bagi kesuksesan sebuah program. Khususnya program pemerintah di negara berkembang, seperti Indonesia. Terlebih, jika program itu bersifat masal, melibatkan banyak pihak, dan dana yang besar. Jika transparansi bisa diwujudkan, kepercayaan (trust) dan persepsi positif tentang Program Petani Milenial bisa dijaga.

Persepsi Positif Tentang Profesi Petani di Kalangan Milenial dan Peran Teknologi

Program Petani Milenial juga berupaya mengubah persepsi negatif terkait profesi petani. Persepsi ke arah yang lebih baik: menjadi petani itu keren dan kebanggan. Petani itu tidak ketinggalan jaman. Atau petani itu, meminjam istilahnya Bapak B.J. Habibie, adalah identik dengan “high tech.”

Upaya Kementan untuk memperbaiki persepsi profesi petani, itu bisa dilihat. Cara mendaftar Program Petani Milenial, yang dilakukan dengan secara online, adalah salah satu contohnya. Setelah mendaftar dan terpilih, mereka, petani milenial, juga akan mendapatkan pelatihan yang keren dan komprehensif. Mereka diberikan akses ke teknologi terbaru dan sertifikasi yang relevan. Petani milenial, selain mendapatkan ilmu praktis juga akan mendapatkan pendampingan dari para ahli di bidangnya.

Dan yang tidak kalah keren, petani milenial akan mendapatkan peluang usaha tani secara mandiri dan bisa mendapatkan modal. Modal yang diberikan tersebut bisa digunakan untuk merintis usaha pertanian, menciptakan lapanngan kerja, bahkan meningkatkan keterampilan teknologi mereka.

Teknologi sudah lazim digunakan oleh petani di negara maju. Contohnya di Amerika Serikat. Tidak heran jika petani tersebut, hampir semua aktivitas pertaniannya menggunakan teknologi terbaru: menanam, merawat tanaman, bahkan ketika memanen dan mengolahnya. Sehingga efektifitas dan efisiensi bisa ditingkatkan, dan produk pertanian mereka bisa bersaing, bahkan di pasar global.

Mekanisasi, otomatisasi, dan transparansi adalah tiga tujuan utama penggunaan teknologi di bidang pertanian. Teknologi mekanisasi dan otomatisasi sudah sering dan lazim dibahas. Namun khusus teknologi yang mempromosikan transparansi, masih kurang dan perlu kita bahas. Teknologi blockchain traceablity untuk pertanian merupakan salah satu contoh teknologi yang mempromosikan transparansi, melalui kemudahan melakukan penelusuran informasi (traceability).

Teknologi blockchain traceablity ini memungkinkan jejak digital dari sebuah produk pertanian disimpan dalam kode Quick Response (QR). Dimana kode QR tersebut bisa memberikan informasi kapan, dimana, dan oleh siapa produk pertanian itu ditanam, diolah, dikemas dan didistribusikan. Sehingga konsumen dengan mudah bisa mengetahui semua informasi tersebut. Caranya, konsumen cukup memindai QR-nya.

Lebih hebatnya lagi, jejak digital tersebut tidak bisa diotak-atik karena realtime. Sehingga jika blockchain traceability diaplikasikan dalam Program Petani Milenial, maka kepercayaan (trust) kepada kualitas produk pertanian yang mereka hasilkan akan terjaga.

Apakah Indonesia sudah siap mengaplikasikan blockchain traceability? Petani milenial kita bisa mengaplikasikan teknologi blockchain traceability jika memiliki jaringan internet dan listrik yang bagus. Syarat lainnya, petani mienial harus memiliki literasi teknologi yang cukup bagus. Tidak ada salahnya dimulai, meskipun belum bisa semuanya, atau masih percobaan/percontohan.

Pemerintah barangkali perlu melakukan kolaborasi dengan pihak swasta (industri pertnanian) dan juga menerapkan kebijakan stick and carrot, jika ingin menerapan blockchain traceability ini. Bagi industri pertanian yang mampu dan mau menerapkan teknologi blockchain traceability, dan bersedia memberikan bimbingan ke petani milenial. Pemerintah mungkin bisa membebaskan dan atau memberikan keringanan untuk audit jaminan mutu mereka. Misalnya, Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP), Good Manufacturing Pratice (GMP), dan sebagainya.

Jika teknologi blockchain traceability diterapkan secara menyeluruh di industri pertanian kita, termasuk oleh petani milenial, maka secara otomatis kita juga telah merekam semua proses produksi secara transparan dan akuntabel. Sehingga mutu produk pertanian kita juga terjamin. Persepsi petani milenial itu keren dan “high tech” juga bisa semakin terbentuk.

Sebaliknya, jika ada industri pertanian yang sebenarnya mampu mengaplikasikan teknologi c, dan mampu memberikan bimbingan kepada petani milenial, namun tidak mau melakukannya, itu tetap dipersilahkan. Namun, jika suatu saat mereka terbukti melakukan praktik yang mengarah pada manipulasi dan fraud, maka pemerintah harus bertindak tegas memberikan sanksi (hukuman lebih berat) yang membuat mereka jera.

Jika diterapkan dengan konsisten, kebijakan stick and carrot dalam penerapan teknologi blockchain traceability ini, barangkali bisa menjadi win-win solution bagi semua: baik untuk pemerintah (Kementan), produsen (petani milenial dan kalangan industri), maupun untuk konsumen.

Secara keseluruhan, Program Petani Milenial sudah bagus. Namun itu bisa lebih ditingkatkan lagi. Khususnya, jika masa depan petani milenial lebih jelas dan terjamin. Selain itu pendataan dan proses seleksi calon petani milenial juga harus transparan. Transaparansi tersebut bisa membentuk kepercayaan dan persepsi positif terhadap Program Petani Milenial dan profesi petani. Transparansi akan lebih mudah diwujudkan dengan bantuan teknologi. Teknologi blockchain traceability adalah salah satu contohnya. (*)

*) BOIMIN PhD, Direktur Eksekutif Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Pangan untuk Kesehatan dan Kesejahteraan (Center for Food Policy and Food for Health & Wellness), Menyelesaikan S-3 Ilmu Pangan di University of Massachusetts Amherst, Amerika Serikat, dengan Beasiswa LPDP.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Hardy


No More Posts Available.

No more pages to load.